Modal Asing Masuk Rp10 T dalam Sepekan, Rupiah Tertahan Rp14.327 / US$

Unsplash/Mufid Majnun
Ilustrasi rupiah
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Lavinda
19/2/2022, 07.15 WIB

Investor asing berbondong-bondong masuk ke pasar keuangan domestik, sekalipun berbagai risiko global meningkat beberapa pekan terakhir. Bank Indonesia (BI) mencatat terdapat dana asing yang masuk Rp 10,81 triliun ke pasar keuangan domestik dalam sepekan terakhir.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono merinci, pembelian neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 2,99 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp 7,82 triliun.

"Berdasarkan data setelmen secara tahun kalender sampai dengan 17 Februari 2022, nonresiden beli neto Rp 8,77 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 16,36 triliun di pasar saham," kata Erwin dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/2).

Tingkat premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun naik ke level 96,93 basis poin (bps) per 17 Februari 2022 dari 95,51 bps per 11 Februari 2022. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik ke level 6,51% pada hari ini, ini menyusul kenaikan yield obligasi pemerintah AS atau US treasury tenor 10 tahun ke level 1,96%.

Aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik tampaknya berhasil menahan kejatuhan rupiah. Nilai tukar rupiah berhasil ditutup menguat di level Rp 14.327 per dolar AS di penutupan perdagangan pasar spot akhir pekan ini. Kurs garuda menguat 20 poin dari level penutupan pekan lalu.

Rupiah bergerak volatil sepekan terakhir. Rupiah cenderung menguat di tiga hari pertama pekan ini, bahkan sempat menguat ke level Rp 14.256 pada perdagangan Rabu (16/2). Namun berbalik melemah ke bawah Rp 14.300 pada perdagangan kemarin dan pelemahan berlanjut hingga hari ini.

Analis pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan rupiah sepekan terakhir terutama dipengaruhi konflik Rusia dan Ukraina, risiko kenaikan bunga acuan The Fed hingga kondisi pandemi di dalam negeri.

Dia mengatakan, pada hari Selasa (15/2), pemerintah Rusia mengumumkan menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina memberi sentimen positif ke rupiah. Kekhawatiran utama konflik Rusia-Ukraina terutama efeknya terhadap kenaikan harga minyak, sehingga konflik yang mereda turut memberi sentimen positif ke rupiah. Ini juga yang tampaknya mendorong kurs garuda menguat pada hari Rabu yang merupakan level terbaiknya sepanjang tahun ini.

Kendati demikian, konflik kembali memanas terutama sejak kemarin (17/2) usai baku tembak terjadi di wilayah Ukraina Timur antara Ukraina dengan kelompok Pro-Rusia.

"Serangan ini dikhawatirkan bisa memicu invasi Rusia ke Ukraina seperti yang terjadi di Krimea tahun 2014 lalu," kata Ariston kepada Katadata.co.id

Selain konflik Rusia-Ukraina, pelemahan rupiah juga masih dibayangi risiko kenaikan bunga acuan bank sentral Amerika (The Fed) yang diperkirakan dilakukan bulan depan. Sejumlah proyeksi merujuk pada kemungkinan kenaikan lima bahkan enam kali pada tahun ini.

Dari dalam negeri, kenaikan kasus Covid-19 memberikan kekhawatiran pasar. Laporan kasus positif harian Jumat (18/2) menunjukkan adanya penambahan 59.635 kasus baru. Kasus harian mencapai rekor tertingginya beberapa hari lalu yang sempat menyentuh lebih dari 64 ribu kasus dalam sehari.

Meski demikian, Ariston mengatakan sentimen pandemi dalam negeri tidak selalu negatif. Menurutnya pasar beberapa hari lalu juga melihat respon pemerintah melonggarkan sejumlah kebijakan PPKM memberi sentimen penguatan ke rupiah. Ini mendukung beberapa data ekonomi yang menunjukkan pemulihan masih berlanjut.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga merilis data neraca perdagangan pada pekan ini. Sekalipun surplus dagang menyusut, namun data ini direspon positif pasar.

"Ekspor masih bertumbuh walaupun impor juga naik. Kenaikan impor bisa diasosiasikan ke pemulihan ekonomi dimana di dalam negeri membutuhkan barang modal dan konsumsi impor," kata Ariston.

Neraca perdagangan pada Januari 2021 surplus US$ 930 juta, turun dibandingkan bulan sebelumnya US$ 1,02 miliar maupun periode yang sama 2021 US$ 1,96 miliar. Hal ini seiring kinerja ekspor dan impor yang anjlok dibandingkan bulan sebelumnya.

Ekspor bulan lalu tercatat sebesar US$ 19,16 miliar, turun 14,29% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi masih naik 25,3% dibandingkan Januari 2021.  Sementara impor turun 14,62% dibandingkan Desember 2021 tetapi naik 36,77% dibandingkan Januari 2021 menjadi US$ 18,23 miliar

Reporter: Abdul Azis Said