Rupiah Melemah 14.307 per US$ Imbas Alotnya Perundingan Rusia-Ukraina
Rupiah dibuka melemah 19 poin ke level Rp 14.295 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah tertekan sentimen eksteral dari perundingan Rusia dan Ukraina yang belum menemui titik temu dan data inflasi Amerika Serikat yang melonjak pada Februari.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 14.307 per dolar AS pada pukul 09.15 WIB. Mayoritas mata uang Asia lainnya juga turut melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang dan ringgit Malaysia melemah 0,09% bersama peso Filipina 0,16%, yuan Cina 0,04%, bath Thailand 0,24%, dolar Hong Kong dan Singapura turun 0,02% serta dolar Taiwan dan won Korea Selatan yang juga kompak turun 0,3%. Sementara rupee India menguat 0,34%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan berbalik melemah di kisaran Rp 14.350, dengan potensi penguatan di kisaran Rp 14.250 per dolar AS. Pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi berlanjutnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
"Nilai tukar rupiah berpotensi berbalik melemah hari ini dengan hasil negosiasi Ukraina dan Rusia yang tidak menemui kesepakatan kemarin di Turki," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (11/3).
Mengutip Al Jazeera, Menlu Rusia dan Ukraina bertemu secara langsung di Turki pada Kamis (10/3) untuk membicarakan upaya penghentian perang. Namun, Menlu Ukraina menyebut perwakilan Rusia tidak menyampaikan janjinya untuk menghentikan penembakan dan pembicaraan terkait upaya gencatan senjata juga tidak ada kemajuan.
Ariston mengatakan, alotnya pembicaraan antara Ukraina dan Rusia ini memberi sinyal perang berlanjut dan risikonya terhadap kenaikan harga komoditas semakin besar. Kenaikan harga akan menganggu pertumbuhan ekonomi global.
Selain itu, sentimen negatif ke rupiah hari ini juga terpengaruh rilis data inflasi AS bulan Februari yang kembali menanjak. Inflasi mencapai 7,9% secara tahunan yang merupakan rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
"Ekspektasi terhadap kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif meningkat dan ini memicu penguatan dollar AS terhadap nilai tukar lainnya," kata Ariston.
Sementara dari dalam negeri, menurut Aruston, belum banyak sentimen baru yang mendorong penguatan ke rupiah. Sejauh ini, keputusan pemerintah memperlonggar kebijakan pandemi seperti penghapusan wajib tes PCR dan antigen untuk perjalan domestik dapat mendukung aktivitas ekonomi dan mendorong penguatan rupiah ke depannya.
Senada dengan Ariston, analis Bank Mandiri Rully A Wisnubroto juga menyebut rupiah akan tertekan hari ini ke rentang Rp 14.275 hingga Rp 14.354 per dolar AS. Volatilitas rupiah hari ini masih tetap tinggi karena ketidakpastian akan prospek ekonomi global sebagai imbas perang Rusia dan Ukraina.
Imbas dari perang, pasar kini masih terus mengamati perkembangan harga komoditas terutama minyak yang mempengaruhi inflasi global. Selain itu, pergerakan rupiah hari ini juga dipengaruhi penantian pasar terhadap pertemuan pembuat kebijakan The Fed dan Bank Indonesia pekan depan.
Sementara analis DC Futures Lukman Leong memperkirakan rupiah masih cukup kuat dan bisa bergerak di kisaran Rp 14.250 per dolar AS, dengan potensi pelemahan hingga Rp 14.400. "Rupiah masih cukup kuat didukung oleh kenaikan harga komoditas," kata dia kepada Katadata.co.id.