Rupiah Melemah Tembus 15.000/US$ Terimbas Kekhawatiran Resesi Global

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Ilustrasi. Rupiah pagi ini melemah bersama mayoritas mata uang Asia.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
6/7/2022, 09.56 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 29 poin ke level Rp 15.023 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah berlanjut di tengah kekhawatiran pasar terhadap risiko resesi ekonomi di sejumlah negara maju.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat ke arah Rp 15.015 pada pukul 09.40 WIB, tetapi masih melemah dari penutupan kemarin di Rp 14.994 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Won Korsel terkoreksi 0,51% bersama dolar Taiwan 0,05%, peso Filipina 0,46%, rupee India 0,53%, ringgit Malaysia 0,13% dan baht Thailand 0,04%. Sebaliknya, yuan Cina perkasa dengan penguatan 0,23% bersama yen Jepang yang juga terapresiasi 0,43%, dolar Singapura 0,14%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah masih akan tertekan pada perdagangan hari ini. Nilai tukar akan bergerak di rentang Rp 14.950-Rp 15.050 per dolar AS.

"Rupiah masih dibawah tekanan Dolar AS di tengah kekhawatiran resesi global memicu pelepasan aset dan mata uang berisiko," kata Lukman, Rabu (6/7).

Kekhawatiran pasar terhadap resesi ekonomi semakin menguat beberapa waktu terakhir seiring terus naiknya inflasi dan memaksa bank sentral global khususnya di negara-negara maju untuk memperketat kebijakan moneternya. Nomura Holdings Inc. memperkirakan Uni Eropa, AS, Jepang, Inggris, Korea Selatan, Australian akan masuk ke jurangan resesi paling lambat dalam 12 bulan ke depan.

Tekanan terhadap rupiah hari ini juga datang dari penantian pasar terhadap rilis notulen rapat pembuat kebijakan The Fed yang akan dirilis pekan ini. Pasar mengkhawatirkan notulen rapat tersebut akan berisi komentar terbaru The Fed soal rencana pengetatan moneter yang lebih agresif. Seperti diketahui, The Fed sudah mengerek bunga acuannya 75 bps pada pertemuan bulan lalu.

Dari dalam negeri, pasar mengkhawatirkan inflasi masih tinggi. Inflasi headline bulan Juni mencapai 4,35% secara tahunan, sudah melampaui batas atas target bank sentral di 4%.

Pasar juga khawatir dengan penyebaran Covid-19 di dalam negeri. Lukman menyebut, walau sempat melandai  beberapa hari lalu namun belum dapat dipastikan tidak akan melonjak kembali. Laporan Selasa bahkan menunjukkan adanya lonjakan kasus baru 80% dalam sehari.

"Pelaku pasar akan mengantisipasi rilis cadangan devisa Indonesia mengingat cadangan devisa telah mengalami penurunan dalam setahun terakhir oleh usaha BI menstabilkan rupiah," kata Lukman.

Analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.943-Rp 14.992 per dolar AS. Selain tertekan oleh kekhawatiran sikap hawkish The Fed, pasar juga akan mengantisipasi rilis data ketenagakerjaan AS non-farm payrolls bulan Juni yang diperkirakan naik 270 ribu dan pengangguran AS stabil di level 3,6%.

"Capital outflow yang berlanjut juga masih menjadi sentimen negatif bagi rupiah," kata Reny.

Reporter: Abdul Azis Said