WTO Peringatkan Risiko 'Keserakahan' Negara Maju saat Krisis Pangan

ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamed Abd El Ghany/aww/cf
Ilustrasi. Negara-negara di Afrika sedang kesulitan mengakses pupuk dalam jumlah yang memadai.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
15/7/2022, 18.34 WIB

Organisasi untuk Perdagangan Dunia (WTO) memperingatkan penanganan krisis pangan dapat bernasib sama dengan pandemi Covid-19, yakni negara-negara miskin sulit mengakses vaksin. Negara-negara miskin di Afrika berisiko semakin kesulitan mengakses produk pangan dan pupuk di tengah kondisi saat ini. 

"Di tengah persaingan yang ketat untuk makanan dan input utama seperti pupuk, ada risiko bahwa pasokan dapat dialihkan dari negara-negara miskin ke negara-negara kaya, mengulangi pengalaman dengan vaksin Covid-19," kata Direktur Umum WTO Ngozi Okonjo-Iweala dalam High Level Seminar: Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity, Jumat (15/7).

Negara-negara di Afrika, menurut dia,  sedang kesulitan mengakses pupuk dalam jumlah yang memadai. Ia menyebut, informasi terbaru memperkirakan negara-negara Afrika kekurangan dua juta metrik ton pupuk.

Namun, pembukaan pabrik produksi pupuk terbesar Afrika di Nigeria belum lama ini memberi harapan baru yang bisa mendukung pertanian. "Meskipun untuk saat ini, laporan menyebutkan kemungkinan pupuk-pupuk tersebut sudah dipesan untuk sebagian besar dijual ke wilayah lain," kata dia.

Harga pangan naik lebih cepat daripada pendapatan rumah tangga terutama di banyak negara berkembang. Program Pangan Dunia (WFP) memperkirakan bahwa sekitar 200 juta lebih banyak orang berisiko tinggi rawan pangan akut daripada sebelum pandemi Covid-19.

Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva menyebut ada sejumlah faktor yang mendorong krisis pangan, salah satunya perang di Ukraina. Lembaga tersebut juga berjanji untuk memberikan dukungannya terhadap permasalah ini.

"Krisis yang kita hadapi saat ini sebenarnya sudah ada sebelum perang. Mengapa? Karena guncangan iklim yang telah mengurangi produksi secara dramatis di banyak tempat," kata dia dalam acara yang sama dengan Ngozi.

IMF kembali menyatakan komitmennya memberikan dukungan atas krisis pangan ini. Bantuan berupa dukungan kebijakan, terutama untuk mengamankan kelompok yang paling rentan. IMF juga mendorong investasi di sektor pertanian berkelanjutan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam sambutannya pada seminar tingkat tinggi siang ini juga menegaskan bahwa G20 akan ikut serta mengatasi masalah ini. Kelompok 20 negara paling berpengaruh dunia itu bermaksud membentuk kerja sama menteri keuangan dan menteri pertanian G20 seperti yang sudah dilakukan untuk sektor kesehatan.

"G20 dapat segera mengadakan pertemuan bersama menteri keuangan dan pertanian G20 untuk meningkatkan koordinasi antara kementerian keuangan dan pertanian dan menjajaki tindakan untuk mengatasi kerawanan pangan yang berkembang dan masalah terkait," kata dia.

Reporter: Abdul Azis Said