Pemerintah Indonesia berencana untuk mengajukan proposal permintaan dana untuk menghadapi pandemi atau pandemic fund yang dikelola oleh lembaga di bawah Grup Bank Dunia. Jika disetujui, dana hibah itu akan digunakan untuk dua tujuan prioritas kesehatan, yakni memperkuat surveillance dan pengembangan bioteknologi sebagai antisipasi kemungkinan terjadinya pandemi baru di masa depan.
Pertemuan tingkat menteri keuangan dan menteri kesehatan G20 sepakat untuk membentuk dana perantara persiapan untuk pandemi yang disebut pandemic fund. Pengelolaannya oleh sebuah dewan di bawah grup Bank Dunia.
Hingga saat ini, menurut dia, sudah ada sekitar 20 negara anggota G20 dan undangan yang menyatakan komitmen sumbangannya, termasuk tiga lembaga filantropi global. Total dana yang sudah dikumpulkan tersebut lebih dari US$ 1,4 miliar atau Rp 21,7 triliun (kurs Rp 15.500/US$). Indonesia termasuk diantara beberapa negara yang sudah menyumbang sebesar US$ 50 juta atau Rp 775 miliar.
Negara-negara yang menjadi anggota Bank Dunia diperkenankan untuk mengajukan proposal permohonan pemanfaatan dana tersebut, termasuk Indonesia. Menteri Kesehan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya akan segera mengajukan proposal pemanfaatan dana.
"Indonesia akan memprioritaskan hal-hal yang menjadi prioritas dalam agenda kami terkait penanganan pandemi di masa depan," kata Budi dalam konferensi pers usai Pertemuan Tingkat Menteri Keuangan dan Kesehatan G20 (JFHMM) di Bali, Sabtu (13/11).
Proposal yang akan diajukan Indonesia akan memuat dua tujuan penggunaan dana. Pertama, memperkuat surveillance dengan membangun lab-lab kesehatan masyarakat di seluruh provinsi. Hal ini akan membantu memudahkan proses identifikasi jenis patogen atau virus baru menjadi lebih cepat.
Kedua, pengembangan bioteknologi. Jika disetujui, pemerintah ingin menggunaalkan dana itu untuk investasi pada pengembangan pengobatan menggunakan bioteknologi seperti vaksin mRNA untuk Covid-19.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara yang sama dengan Budi mengatakan, sudah ada sekitar 300 proposal dari berbagai negara yang akan diajukan untuk permohonan dana pandemi tersebut.
Dana tersebut akan diberikan dalam bentuk grant alias hibah, sehingga bukan berbentuk pinjaman. Namun Sri Mulyani menyebut pemberiannya akan selektif, tetutama untuk negara-negara berpendapatan rendah dan berkembang. Tujuannya, untuk memperkuat kesiapsiagaannya terhadap pandemi berikutnya, salah satunya dari sisi fasilitas kesehatan.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan Wempi Saputra mengatakan pemerintah juga berencana untuk ikut menyumbangkan dana bersama kelompok negara-negara di Asia Tenggara, ASEAN.
"Kami mendorongnya negara-negara ASEAN sebetulnya mengajukan proprosal. Jadi kalau tidak bisa menyumbangkan dana, ajukan proposal saja," ujarnya saat ditemui di Hotel Mulia, Nusa Dua, Bali usai konferensi pers.