Bank Indonesia mengaku terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi nasional melalui tujuh langkah strategis.
Hal ini dipaparkan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan yang berlangsung pada 16-17 November 2022.
Ketujuh langkah bank sentral tersebut antara lain:
1. Memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang, sesuai dengan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Hal itu dilakukan untuk menurunkan ekspektasi inflasi, dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran lebih awal.
2. Memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dengan tetap berada di pasar sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation. Stabilisasi rupiah bisa dilakukan melalui intervensi di pasar valas, baik transaksi di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian dan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
3. Melanjutkan penjualan dan pembelian SBN di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan suku bunga acuan dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN. Dengan demikian, investor asing masuk dan akhirnya mampu memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah.
4. Menerbitkan Sukuk Bank Indonesia atau SUKBI dengan aset dasar atau underlying berupa surat berharga pembiayaan inklusif atau SUKBI inklusif. Hal ini diakui sebagai surat berharga pembiayaan inklusif SBBI sesuai dengan komitmen BI untuk mendukung pembiayaan inklusif dan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
5. Melanjutkan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan melakukan pendalaman assesment terkait respons suku bunga perbankan terhadap suku bunga kebijakan.
6. Terus mendorong QRIS dan melanjutkan pengembangan fitur dan layanan QRIS, termasuk perluasan penggunaan QRIS antar negara.
7. Mendorong inovasi sistem pembayaran, termasuk melanjutkan akses BI Fast kepada masyarakat melalui perluasan kepesertaan, dan kanal layanan serta melanjutkan komunikasi publik secara berkala.
Tak berhenti di sana, lanjut Perry, bank sentral juga menjalankan koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra strategis dalam tim pengendalian inflasi pusat dan daerah. Hal itu dilakukan untuk memperkuat gerakan nasional pengendalian inflasi pangan di berbagai daerah.
"Dinergi kebijakan antara bank indonesia dan kebijakan fiskal pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus diperkuat dalam rangka menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan," kata Perry.
Selain itu, bank sentral juga terus mendorong kredit dan pembiayaan dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, ekspor, dan inklusi ekonomi dan keuangan.
BI juga memperkuat kerja sama internasional dengan bank sentral, dan otoritas di berbagai negara bidang keuangan, serta fasilitas penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas, bekerja sama dengan instansi terkait.