Kementerian Keuangan melaporkan realisasi sementara untuk belanja subsidi dan kompensasi energi tahun lalu sebesar Rp 551,2 triliun, lebih besar Rp 48,7 triliun dari pagu yang disediakan. Anggaran tetap tidak cukup sekalipun pemerintah sudah menaikkan BBM bersubsidi, Pertalite dan Solar pada September 2022.
"Kenaikan harga Pertalite dan Solar 30% pada September kemarin relatif modest (rendah), ini karena kita tetap ingin melindungi momentum pemulihan, tetapi konsekuensinya anggaran melonjak lebih dari tiga kali lipat dan pada akhir tahun kita melihat realisasinya bahkan lebih tinggi lagi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA, Selasa (3/1).
Belanja subsidi dan kompensasi energi tahun lalu sebesar Rp 502,4 triliun untuk BBM, LPG dan listrik. Pembengkakan terutama pada belanja kompensasi untuk BBM dan listrik. Berikut realisasi sementara untuk subsidi dan kompensasi energi 2022.
Pagu (Triliun) | Realisasi (Triliun) | Selisih(Triliun) | |
SUBSIDI ENERGI | Rp 208,9 | Rp 171,9 | Rp 37,1 |
- BBM | Rp 14,6 | Rp 15,2 | (minus) Rp 0,6 |
- LPG | Rp 134,8 | Rp 100,4 | Rp 34,4 |
- Listrik | Rp 59,6 | Rp 56,2 | Rp 3,3 |
KOMPENSASI ENERGI | Rp 293,5 | Rp 379,3 | (Minus) Rp 85,8 |
- BBM | Rp 252,5 | Rp 307,2 | (Minus) Rp 54,7 |
- Listrik | Rp 41 | Rp 72,1 | (Minus) Rp 31,1 |
TOTAL | Rp 502,4 | Rp 551,2 | (Minus) Rp 48,7 |
* Catatan: (Minus) berarti realisasi lebih besar daripada pagu, alias bengkak.
Sri Mulyani menyebut, besaran realisasi belanja subsidi dan kompensasi tersebut berdasarkan realisasi rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$ 97 per barrel, kurs Rp 14.871 per dolar AS serta volume Solar 16,5 juta kilo liter.
Anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun lalu sebetulnya dirancang hanya mencapai Rp 152,5 triliun. Namun, Sri Mulyani mengatakan pagunya dinaikkan lebih dari tiga kali lipat untuk menjaga masyarakat dari dampak kenaikan harga minyak dunia.
"Kalau seandainya waktu itu tidak dilakukan berbagai penyesuaian dari sisi belanja dengan menaikan anggaran subsidi dan kompensasi, maka bisa dibayangkan harga dari minyak (BBM) harus naik hingga empat kali lipat," kata Sri Mulyani.
Meski anggarannya sudah dipertebal, nilainya tetap tidak cukup. Oleh karena itu, menurut dia, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Pertalite menjadi Rp 10 ribu per liter, Solar menjadi Rp 6,800 mulai 3 September lalu.
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian keuangan Isa Rachmatarwata mengatakan, pemerintah menggunakan pos belanja lainnya dalam APBN 2022 yang tidak terserap sepenuhnya untuk menutup pembengkakan pada belanja subsidi dan kompensasi energi.
"Kami lakukan optimalisasi dari sejumlah kegiatan yang anggarannya tidak terserap seluruhnya, sehingga kita dapat mengalihkan nya untuk membayar subsidi dan kompensasi," kata Isa dalam acara yang sama dengan Sri Mulyani.