Nilai tukar rupiah menguat hingga kembali menyentuh level Rp 15.200 pada perdagangan di pasar spot siang ini. Bank Indonesia menyebut penguatan rupiah beberapa hari terakhir didorong mekanisme pasar di tengah arus modal asing yang deras masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) di awal tahun ini.
Mengutip data Bloomberg, rupiah menyentuh level Rp 15.288 pada pukul 13.00 WIB. Ini melanjutkan penguatan sejak posisi pembukaan dan mengindikasikan penguatan 1,25% dari posisi penutupan kemarin.
Rupiah paling perkasa di antara mata uang negara Asia yang mayoritas juga menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang 0,61%, yuan Cina 0,12%, ringgit Malaysia 0,1%, won Korea Selatan 0,01%, dolar Hong Kong dan Singapura masing-masing 0,02% dan 0,03%,
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan penguatan tersebut murni karena mekanisme pasar dan belum ada campur tangan dari bank sentral. Hal ini seiring derasnya arus modal asing yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada awal tahun ini.
"Faktor pendorong penguatan tersebut adalah sentimen global yang cukup kondusif sehingga mendorong sentimen risk on. Di samping itu, aliran dana asing masuk juga cukup banyak. Hal tersebut menyebabkan rupiah terdorong menguat," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada katadata.co.id, Kamis (12/1).
Analis Senior Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan penguatan rupiah beberapa hari terakhir seiring penurunan indeks dolar AS. Hal ini dipengaruhi tekanan eksternal yang berada di tengah ekspektasi kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Fed tak akan seagresif tahun lalu.
Investor saat ini juga mengantisipasi rilis data inflasi konsumen AS Desember nanti malam. Inflasi diperkirakan melanjutkan penurunan ke kisaran 6,5% secara tahunan. Ekspektasi inflasi yang kembali turun tersebut membantu mengurangi tekanan di pasar uang.
"Penguatan rupiah juga terjadi seiring dengan membaiknya data-data ekonomi domestik terakhir seperti cadangan devisa yang meningkat dan kepercayaan konsumen yang optimis dan menjelang rilis inflasi AS nanti malam," kata Reny dalam catatannya.
Tim riset ekonomi Bank Mandiri memperkirakan rupiah masih akan bergerak sesuai dengan fundamentalnya sepanjang tahun ini. Perkiraannya rupiah akan parkir di level Rp 15.285 pada akhir tahun 2023, dengan rata-rata rupiah sepanjang tahun ini sebesar Rp 15.220 per dolar AS.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan menguat hari ini setelah data inflasi Cina menunjukkan sedikit kenaikan secara tahunan pada bulan lalu. Rupiah berpotensi menguat ke arah Rp 15.430 dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.550 per dolar AS.
Data inflasi konsumen Cina menunjukkan kenaikan 1,8% secara tahunan pada Desember, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 1,6%. Secara bulanan inflasi bergerak datar, sedikit diatas perkiraan pasar akan deflasi tipis 0,1%.
"Ini bisa mengindikasikan bahwa permintaan di Cina mulai naik dan ekonomi mulai bertumbuh yang bisa memberikan dampak positif untuk negara partner dagangnya dan ini memberikan sentimen positif untuk rupiah," kata Ariston dalam catatannya pagi ini.
Selain itu, menurut dia, pasar juga akan mencermati ekspektasi bahwa bank sentral AS, The Fed akan sedikit melunak. Berdasarkan alat pemantauan CME Group fedWatch, kemungkinan besar The Fed akan menaikkan bunga hanya 25 bps, dengan probabilitas 77,2%, sementarra sisanya kemungkinan naik 50 bps.