Surplus Neraca Dagang Desember 2022 Diramal Turun karena Ekspor Lesu

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Ilustrasi. Kinerja ekspor diperkirakan lesu pada Desember 2022 seiring aktivitas manufaktur yang lebih lemah.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
16/1/2023, 08.10 WIB

"Neraca dagang 2023 diperkirakan tetap surplus US$ 40-45 miliar. Ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu, mempertimbangkan potensi normalisasi harga komoditas global serta penurunan permintaan global di tengah ekspektasi perlambatan ekonomi global," kata Josua dalam catatannya. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman juga melihat surplus menurun tetapi masih di atas perkiraan dua ekonom sebelumnya, yakni US$ 4,76 miliar. Surplus lebih kecil karena ekspor melambat seiring menurunnya harga komoditas dan pelemahan permintaan. Ekspor diperkirakan turun 0,24% dari bulan sebelumnya tetapi naik 7,62%  secara tahunan.  Di sisi lain, impor diperkirakan naik 1,8% dari bulan sebelumnya.

"Permintaan domestik membaik sejalan dengan peningkatan PMI Manufaktur, mobilitas masyarakat, dan permintaan musiman di akhir tahun, sementara harga minyak menurun," kata Faisal dalam catatannya.

Ia melihat pertumbuhan ekspor akan melambat tahun ini karena harga komoditas menurun, terutama batu bara dan CPO. Moderasi harga komoditas seiring lesunya permintaan di tengah risiko perlambatan ekonomi dunia.

Namun, ia melihat normalisasi kebijakan Covid-19 di Cina bisa membantu surplus dagang tahun ini bertahan lebih lama sebelum berbalik menjadi defisit. Pembukaan kembali aktivitas ekonomi Cina bisa membantu penurunan harga komoditas lebih bertahap.

Sementara itu, impor diperkirakan tumbuh lebih tinggi daripada ekspor seiring pencabutan kebijakan PPKM dan rencana pemerimtah melanjutkan proyek PSN. Namun, pertumbuhannya tidak akan setinggi tahun lalu karena harga minyak turun serta antisipasi penurunan ekspor mengingat sebagian bahan baku produk ekspor Indonesia dipenuhi dari impor.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said