Rupiah Dibuka Menguat Tipis Usai Inflasi AS Melandai

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023).
30/1/2023, 09.36 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 12 poin ke level Rp 15.974 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Penguatan tersebut setelah data inflasi penting AS yang menjadi indikator perhatian bank sentral AS, The Fed menunjukkan tren penurunan.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik melemah dari posisi pembukaan ke arah Rp 14.981 pada pukul 09.15 WIB. Meski demikian posisi tersebut masih lebih baik dibandingkan akhir pekan lalu yang ditutup di Rp 14.986 per dolar AS.

Mata uang asia lainnya bergerak menguat. Dolar Singapura terapresiasi 0,01%, dolar Taiwan 0,57%, won Korea Selatan 0,0,16%, rupee India 0,08%, yuan Cina 0,44%, ringgit Malaysia 0,09%, dan baht Thailand 0,07%. Sebaliknya, peso Filipina melema 0,14% bersama yen Jepang 0,22%, dan dolar Hong Kong 0,02%. 

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan datar dengan potensi menguat terbatas setelah data inflasi pengeluaran pribadi konsumen (PCE) AS menunjukkan penurunan. Rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 14.900-Rp 15.050 per dolar AS.

Inflasi inti PCE Amerika Serikat periode Desember sebesar 4,4% secara tahunan, turun dari bulan sebelumnya 4,7% dan sesuai perkiraan Dow Jones. Data inflasi ini merupakan indikator andalan bank sentral AS, The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya.

"Investor cenderung wait and see menantikan petunjuk dari rapat pembuat kebijakan The Fed minggu ini untuk kepastian sikap the Fed kedepannya," kata Lukman dalam catatannya pagi ini, Senin (30/1).

The Fed dijadwalkan mengumumkan kebijakan moneternya pada Rabu, 1 Februari 2022 waktu AS. Mayoritas pasar memperkirakan suku bunga akan naik 25 bps pada pertemuan mendatang, dengan sebagian kecil melihat tidak ada kenaikan. 

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dengan potensi melemah jelang pengumuman hasil rapat The Fed. Rupiah akan melemah ke arah Rp 15.000, dengan potensi penguatan ke arah Rp 14.950 per dolar AS.

Ariston menyebut pelaku pasar kelihatannya berhati-hati terhadap kemungkinan adanya kejutan pada pertemuan The Fed mendatang sekalipun mayoritas pasar memperkirakan suku bunga hanya naik 25 bps. 

"Data ekonomi menunjukkan bahwa inflasi AS masih jauh dari target 2%, sementara ekonominya masih tumbuh positif. Hal ini membuka ruang The Fed melakukan pengetatan lanjutan tahun ini," kata Ariston dalam catatannya.

Dari dalam negeri, kinerja positif perekonomian dengan peluang masih tumbuh di 5% pada tahun ini akan memberi dukungan terhadap rupiah.

Reporter: Abdul Azis Said