Surplus Neraca Dagang Maret 2023 Diramal Menurun Meski Masih Tinggi

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/YU
Aktivitas bongkar muat kontainer berlangsung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (15/12/2022).
17/4/2023, 08.22 WIB

Surplus neraca dagang Maret 2023 diperkirakan menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Meski demikian, angka surplus diperkirakan relatif masih tinggi di kisaran US$ 4 miliar atau setara Rp 59 triliun.

Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan surplus neraca dagang Maret sebesar US$ 4,52 miliar, lebih kecil dari bulan sebelumnya mencapai US$ 5,42 miliar. Penyebabnya, impor diperkirakan tumbuh lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya.

Impor tumbuh lebih kencang secara bulanan didorong persiapan lebaran dan kinerja manufaktur yang semakin ekspansif. Sementara ekspor melambat karena normalisasi harga komoditas.

Ekspor diperkirakan tumbuh 14,4% dibandingkan bulan sebelumnya, namun turun 7,65% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Kinerja ekspor dipengaruhi oleh kondisi ekonomi tiga mitra ekonomi utama Indonesia yang masih baik.

Normalisasi kebijakan Covid-19 di Cina sehingga mendorong permintaan, inflasi yang melandai di India dan permintaan domestik Jepang yang masih kuat akan menjadi pemicu ekspor. Namun, penurunan harga sejumlah komoditas masih jadi penahan pertumbuhan ekspor.

Dari sisi impor, Damhuri memperkirakan kenaikannya sebesar 25,3% dari tetapi menurun 9,2% dibandingkan tahun lalu. Kinerja impor yang tumbuh lebih kuat dibandingkan ekspor ini seiring manufaktur di dalam negeri yang semakin ekspansif.

"Mengingat ekspor produk manufaktur yang cenderung menurun karena perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama, maka pertumbuhan impor bahan baku diperkirakan akan melambat," kata Damhuri dalam catatannya dikutip Senin, (17/4).

Impor barang konsumsi diperkirakan meningkat karena kepercayaan konsumen juga semakin optimistis. Ditambah lagi, impor barang konsumsi menjelang lebaran biasanya meningkat terutama untuk beberapa komoditas seperti beras hingga daging sapi.

Sementara itu, impor barang modal diperkirakan akan tetap tumbuh namun melambat. Hal ini sehubungan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang melambat, tingkat suku bunga yang meningkat serta adanya kekhawatiran terhadap resesi ekonomi global.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus neraca dagang Maret juga lebih rendah dari bulan sebelumnya menjadi US$ 4,82 miliar. Ia memperkirakan ekspor tumbuh lebih lambat secara bulanan dibandingkan impor karena penurunan harga komoditas, meskipun kondisi ini terbantu oleh kenaikan permintaan dari Cina.

Ia memperkirakan tumbuhnhya impor secara bulanan didorong oleh permintaan yang tinggi mengantisipasi Ramadan dan Lebaran serta manufaktur yang kian ekspansif. Meski demikian impor secara tahunan menurun karena penurunan harga komoditas terutama minyak.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus dagang lebih kecil dibandingkan dua ekonom sebelumnya, yakni sebesar US$ 3,88 miliar. 

"Disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor, seiring dengan penurunan harga komoditas ekspor Indonesia, seperti baru bara. Harga batu bara turun hingga 9,8% secara bulanan pada Maret," kata Josua Pardede dalam catatannya.

 Sementara itu, secara bulanan impor diprediksi meningkat seiring dengan kebutuhan akan bahan pangan menjelang Ramadan. Namun pertumbuhan impor tahunan masih cenderung terkontraksi.

Reporter: Abdul Azis Said