Provinsi Papua mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini minus 2,39% secara tahunan. Papua merupakan satu-satunya daerah yang ekonominya turun saat 33 provinsi lainnya tumbuh positif.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut salah satu penyebabnya karena banjir dan longsor di tambang Freeport menghambat produksi. "Kontraksi pertumbuhan sebagai dampak penurunan produksi pertambangan dan penggalian yang disebabkan tanah longsor di area tambang akibat tingginya curah hujan," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers daring, Jumat (5/5).
Penurunan pada ekonomi Papua itu berimbas terhadap pertumbuhan kumulatif yang lebih rendah untuk kelompok wilayah Maluku dan Papua. Kawasan timur itu hanya tumbuh 1,6% secara tahunan. Pertumbuhan yang lesu seiring perekonomian Papua yang menyumbang lebih dari separuh perekonomian kawasan.
Banjir dan longsor di tambang Freeport yang menghambat produksi sangat berpengaruh ke perekonomian Papua. Selama ini lapangan usaha pertambangan dan penggalian Freeport merupakan penyumbang utama dari struktur ekonomi Papua.
BPS Papua mencatat lapangan usaha pertambangan pada kuartal pertama tahun ini minus 11,64% secara tahunan. Penurunan tersebut sangat penting, pasalnya sektor ini menyumbang lebih dari sepertiga perekonomian Papua.
Jika tidak menghitung penurunan tajam di sektor pertambangan dan penggalian, provinsi tertimur Indonesia itu sebetulnya masih bisa tumbuh 4,67%. Sebagian besar lapangan usaha di luar pertambangan mencatat pertumbuhan positif, sektor transportasi bahkan meningkat 10%.
Akibat banjir dan longsor tersebut, PT Freeport Indonesia melaporkan penurunan produksi tembaga kuartal I 13,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi 329 juta pon.
Freeport juga mencatat penurunan produksi emas pada tiga bulan pertama tahun ini sebesar 2,4% menjadi 402.000 ons. Direktur Utama Freeport McMoran, Richard Adkerson, mengatakan merosotnya produksi tembaga dan emas perusahaan disebabkan oleh curah hujan tinggi dan tanah longsor yang sempat terjadi di area tambang pada 11 Februari lalu.
Kejadian tersebut menyebabkan terhambatnya akses pada fasilitas operasi penggilingan. Freeport baru melanjutkan operasional penuh pada Maret, setelah perusahaan melakukan pemulihan dan pembersihan sisa puing.
"Pada 11 Februari 2023, operasional Freeport sempat terhenti karena curah hujan yang cukup tinggi dan tanah longsor, yang membatasi akses ke infrastruktur di dekat operasi penggilingan," tulis Adkerson dalam rilis kinerja kuartal I 2023.
Turunnya produksi berimbas pada merosotnya penjualan pada kuartal I 2023. Penjualan tembaga Freeport pada periode tersebut berada di angka 198 juta pon, turun 47,7% dari penjualan kuartal I 2022.
Hal serupa juga terjadi pada penjualan emas yang berada di kisaran 266 juta ons atau lebih rendah 34,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya.