Airlangga Tawarkan Proyek-proyek Transisi Energi ke Investor Amerika

ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.
Ilustrasi. Indonesia membutuhkan pendanaan mencapai Rp 3.500 triliun untuk membiayai transisi energi demi mencapai net zero emission pada 2060.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
27/5/2023, 20.01 WIB

Indonesia membutuhkan pendanaan mencapai Rp 3.500 triliun untuk membiayai transisi energi demi mencapai net zero emission pada 2060. Pemerintah pun mengajak para investor Amerika Serikat untuk menenamkan modal pada proyek-proyek transisi energi di Indonesia. 

“Iklim bisnis yang semakin kondusif, posisi strategis Indonesia di ASEAN, serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi pasca disrupsi global tahun 2020-2022, menjadi daya tawar Indonesia dalam menggaet para Investor dari luar negeri,” kata Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto  dalam pertemuan dengan United States Trade of Representatives (USTR) di Detroit, AS seperti dikutip dari siarang pers, Sabtu (27/5). 

Dalam pertemuan yang digelar Jumat waktu AS atau Sabtu waktu Indonesia itu, berbagai topik ekonomi strategis menjadi perhatian dalam diskusi hangat antara Menko Airlangga dan Deputi USTR Sarah Bianchi. Berbagai topik itu antara lain menyangkut proses perundingan IPEF, potensi kerja sama kedua negara di bidang transisi energi dan posisi strategis Critical Minerals atau bahan mineral kritis dalam IPEF.

Dalam topik Critical Minerals pada IPEF, Airlangga menyampaikan pentingnya ekonomi berkelanjutan yang tangguh dan kompetitif untuk mendukung transformasi teknologi dekarbonisasi.

“Indonesia menginginkan kerja sama dan hilirisasi dalam bidang ekstraksi Critical Minerals dan bahan baku lain yang dibutuhkan dalam energi bersih” kata dia.

Critical Minerals merupakan salah satu pembahasan utama dalam Pilar II Supply Chain IPEF, dimana pemerintah AS saat ini memiliki agenda mengembangkan rantai pasok global dalam kawasan Indo-Pasifik, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta keamanan energi global.

Lebih lanjut, Airlangga juga menyampaikan target pemerintah Indonesia perihal hilirisasi dalam ekosistem energi bersih yang berteknologi tinggi, dengan mengembangkan manufaktur yang dapat menghasilkan baterai kendaraan listrik, komponen elektronik, solar panel dan semikonduktor.

Sementara itu, Deputi USTR Bianchi memuji partisipasi dan kontribusi Indonesia yang konstruktif dalam perundingan ketiga IPEF yang berlangsung di Singapura pada tanggal 8-15 Mei 2023 lalu.

“Pemerintah AS berharap perundingan dalam Pilar I IPEF dapat mencapai kemajuan yang signifikan sebelum pertemuan IPEF tingkat Presiden pada bulan November 2023” ujar Bianchi.

Sebagaimana diketahui, USTR menangani proses perundingan Pilar I IPEF, sementara Departmen Perdagangan AS menangani Pilar II-IV IPEF.

Deputi Bianchi juga menyampaikan beberapa klaster dalam Pilar I IPEF yang menjadi fokus AS antara lain Trade Facilitation, Services Domestic Regulation, Agriculture, Environment dan Labor.

Melanjutkan pembahasan terkait dengan transisi energi, Deputi Bianchi mengungkapkan sikap optimisme bahwa permintaan dunia akan produk ramah lingkungan termasuk kendaraan listrik akan mengalami peningkatan.

Pertemuan antara Menko Airlangga dan Deputi USTR Bianchi diakhiri dengan keinginan bersama kedua negara untuk menyelesaikan perundingan IPEF di seluruh Pilar (Pilar I-IV), serta mewujudkan ekosistem energi bersih di kawasan Indo-Pasifik.