Asing Kabur dari Pasar Saham, Rupiah Loyo Tembus 15.000 per Dolar AS

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Ilustrasi. Investor asing mencatatkan transaksi jual di pasar saham mencapai Rp 3,1 triliun, lebih besar dibandingkan transaksi beli Rp 2,7 triliun.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
20/6/2023, 18.11 WIB

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 10 poin menembus level Rp 15.o00 per dolar AS pada perdagangan hari ini, level penutupan terendah sejak April 2023. Rupiah melemah seiring berakhirnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di zona merah. 

IHSG ditutup turun 0,6% ke level 6.660. Volume perdagangan mencapai 15,8 miliar dengan nilai transaksi Rp 8,1 triliun dan frekuensi 1,07 juta kali. Terdapat 338 saham dalam zona merah, 197 saham zona hijau, dan 213 saham tak bergerak. 

Mengutip data IPOTNews, modal asing tercatat keluar Rp 409 triliun. Investor asing mencatatkan transaksi jual mencapai Rp 3,1 triliun, lebih besar dibandingkan transaksi beli Rp 2,7 triliun. 

Mayoritas bursa Asia juga berakhir di zona merah. Indeks Hang Seng turun 1,54%, Shanghai Composite turun 0,46%, dan Strait Times turun 0,49%. Sedangkan Nikkei 225 naik 0,06%.

Seperti halnya indeks saham, rupiah juga tidak melemah sendirian. Mayoritas mata uang global juga bergerak melemah terhadap dolar AS. Analis Bank Mandiri  Reny Eka Putri mengatakan, pelemahan sebagian besar mata uang global terhadap dolar, termasuk rupiah merupakan dampak dari hasil rapat Bank Sentral AS, The Federal Reserve. 

The Fed mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25% pada Juni 2023, sesuai dengan ekpektasi pasar. Namun, The Fed mengindikasikan kemungkinan masih akan ada kenaikan suku bunga acuan ke depan. 

Dalam panduan terbaru The Fed yang dirilis pada Juni 2023, bank sentral menargetkan suku bunga acuan berada di level 5,75% pada akhir 2023 dan baru mulai menurun menjadi 4,75% pada 2024 dan 3,5% pada 2025. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS ditargetkan sebesar 0,4% pada 2023, lebih rendah dibanding 1% pada proyeksi Maret 23.

Adapun Reny melihat posisi dolar AS masih cenderung stabil di kisaran 102-103. Indeks dolar AS masih mengindikasikan penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang asia.

Aliran modal asing juga masih keluar dari pasar keuangan Indonesia. Neraca perdagangan yang biasanya mencatatkan surplus miliaran dolar AS mulai menciut menjadi US$ 400 juta pada Mei 2023.

"Market akan wait and see terhadap beberapa agenda pidato para pejabat The Fed minggu ini yang diharapkan dapat memberikan kepastian terkait arah kebijakan moneter ke depan," ujarnya. 

Ia memperkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran 14,990 -15,095 dalam perdagangan besok.

Sementara itu, Analis yang juga Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut pelemahan rupiah seiring aksi pelaku pasar yang beralih ke aset aman dolar AS. Keputusan bank sentral Cina, memangkas suku bunga pagi tadi dinilai gagal meredakan kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan perlambatan di perekonomian terbesar kedua dunia itu.

"Ukuran penurunan suku bunga ini mengecewakan beberapa orang yang khawatir bahwa ini tidak akan cukup untuk menopang kepercayaan, dengan sektor properti Cina yang sangat terpukul," kata Ibrahim dalam catatannya pada penutupan perdagangan sore ini, Selasa (20/6).

Kekhawatiran ini semakin membebani rupiah yang beberapa hari ini tertekan oleh ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed. Meski suku bunga acuan ditahan pada pertemuan pekan lalu, tetapi mayoritas pembuat kebijakan The Fed berekspektasi masih akan ada kenaikan suku bunga acuan dua kali lagi tahun ini.

Oleh karena itu, pasar akan menunggu pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell dalam rapat dengan Kongres AS Rabu waktu AS. Pasar akan melihat sinyal lebih lanjut terkait kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan Juli.