Kemenkeu Lunasi Utang Jatuh Tempo, Relisasi Pembiayaan Anjlok Rp 100 T

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Kementeriaan Keuangan mencatat, penerbitan utang melalui SBN secara neto hingga Mei sebesar Rp 144,5 triliun.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
26/6/2023, 16.49 WIB

Kementerian Keuangan mencatat realisasi pembiayaan utang pada akhir Mei 2023 anjlok Rp 93,5 triliun dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp 150,4 triliun. Realisasi pembiayaan utang yang anjlok seiring dengan pelunasan utang jatuh tempo pemerintah pada bulan lalu. 

Adapun pembiayaan utang neto merupakan nominal utang yang sudah ditarik pemerintah untuk membiayai APBN setelah dikurangi pembayaran utang jatuh tempo. Penurunan utang neto berarti jumlah utang jatuh tempo yang dibayarkan pemerintah lebih besar dibandingkan utang baru yang ditarik. 

"Ini disebabkan pembayaran utang jatuh tempo pada bulan Mei. SBN jatuh tempo di Mei terutama SBN domestik, baik surat utang negara (SUN) dan sukuk," ujar Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Suminto saat dikonfirmasi, Senin (26/6). 

Kementerian Keuangan mencatat, penerbitan utang melalui SBN secara neto hingga Mei sebesar Rp 144,5 triliun. Nilainya lebih rendah dibandingkan akhir April sebesar 240 triliun. Ini mengindikasikan adanya pembayaran SBN jatuh tempo lebih besar daripada penerbitan SBN baru pada bulan lalu. 

Outstanding SBN bersifat tradable alias dapat diperdagangan sepanjang bulan Mei juga turun Rp 102 triliun. Penurunan tersebut terutama yang dipegang oleh Bank Indonesia. Sebaliknya, penarikan pinjaman secara neto sampai dengan akhir Mei sebesar Rp 5,9 triliun. Nilainya meningkat Rp 2 triliun dalam sebulan. Ini artinya jumlah penarikan pinjaman baru lebih besar dibandingkan pelunasan.

Dengan kondisi tersebut, realisasi pembiayaan utang pemerintah bisa ditekan lebih rendah dari target. Pemerintah berencana menerbitkan utang neto Rp 696,3 triliun sepanjang tahun ini, sehingga realisasi Mei sebesar Rp 150,4 triliun setara 21,6% dari target. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan akhir April sebesar Rp 243,9 triliun atau 35% dari target.

Reporter: Abdul Azis Said