Rupiah Dibuka Menguat Pagi Ini Imbas Rilis Inflasi AS

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Petugas bank menghitung uang pecahan rupiah di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (22/11/2022). Bank Indonesia akan mengendalikan nilai tukar rupiah agar lebih menguat ke level Rp15.070 per dolar AS pada tahun 2023, sehingga implikasi pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih rendah yakni 4,37 persen (yoy) dibanding prognosa BI pada tahun 2022 yang sebesar 5,12 persen.
3/7/2023, 09.46 WIB

Rupiah dibuka menguat 48 poin ke level 15.018 per dolar AS di pasar spot pagi ini, Senin (3/7). Data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan pasar dalam rilis akhir pekan lalu diharap bisa membantu penguatan rupiah hari ini.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik melemah ke arah 15.040 pada pukul 09.25 WIB, tetapi masih menguat 0,17% dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya.

Mayoritas mata uang regional lainnya menguat terhadap dolar AS pagi ini. Won Korea Selatan menguat 0,43% disusul baht Thailand 0,37%, peso Filipina 0,20%, dolar Taiwan 0,12%, yuan Cina 0,11% hingga dolar Hong Kong 0,02%. Namun yen Jepang dan ringgit Malaysia melemah.

 Rupiah diramal menguat hari ini setelah inflasi di AS menunjukkan perlambatan. Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah menguat ke arah 15.000, dengan potensi resisten di kisaran 15.080 per dolar AS.

 Inflasi pengeluaran konsumsi pribadi atau PCE Mei tercatat sebesar 0,1% secara bulanan dan 3,8% secara tahunan, masing-masing menunjukkan kenaikan harga yang lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Inflasi PCE inti tercatat 4,6% secara tahunan, sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar. Inflasi PCE inti tersebut cukup penting karena menjadi salah satu indikator yang diperhatikan bank sentral AS, The Fed, dalam menentukan arah kebijakan moneternya.

 "Ini membuka ekspektasi bahwa The Fed bisa melonggarkan kebijakan pengetatan moneternya ke depan sehingga bisa mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," kata Ariston dalam catatannya pagi ini, Senin (3/7).

 Meski demikian, pasar masih mengantisipasi pertemuan komite pembuat kebijakan The Fed bulan ini yang diramal akan menaikkan suku bunga 25 bps setelah jeda pada bulan lalu. Ekspektasi ini sebagaimana sinyal dari Gubernur The Fed Jerome Powell sebelumnya bahwa masih akan ada kenaikan suku bunga tahun ini.

Pasar Prediksi Inflasi RI Turun

Dari dalam negri, Ariston mengatakan pelaku pasar berekspektasi data inflasi bulan Juni akan kembali turun. Ekspektasi pasar inflasi bisa ke 3,64% secara tahunan, atau di bawah bulan sebelumnya di level 4%. Inflasi yang mereda dan stabil bisa mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Di sisi lain, pasar masih mewaspadai isu pelambatan ekonomi global dimana perlambatan sudah terjadi di Eropa dan Cina. Indeks PMI Manufaktur Caixin Cina pagi ini menunjukkan penurunan tetapi tak sedalam perkiraan ekonom.

Indeks tercatat 50,5 yang menunjukkan penurunan dari bulan Mei sebesar 50,9 tetapi masih di atas perkiraan 50,2 poin. Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi ini bisa mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman dolar.

 Pendapat berbeda diutarakan analis pasar uang Lukman Leong. Lukman memperkirakan rupiah akan melemah hari ini sekalipun inflasi melandai di AS. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang 14.950-15.050 per dolar AS.

 "Walaupun data inflasi PCE AS sedikit lebih lemah pada rilis Jumat lalu, namun hal ini diperkirakan tidak akan merubah pandangan hawkish The Fed," kata dia dalam catatannya pagi ini.

 Di sisi lain, inflasi Indonesia yang akan dirilis pagi ini kemungkinan kembali menunjukkan moderasi. Hal ini bisa mendorong Bank Indonesia untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga.

Namun, Lukman menyebut ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter BI itu akan berkebalikan dengan arah kebijakan The Fed yang masih akan menaikkan bunga tahun ini. Hal itu bisa mendorong pelemahan rupiah karena imbal hasil portofolio di dalam negeri kurang menarik dan bisa menjadi sentimen koreksi ke rupiah.

Rata-rata nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berfluktuasi sepanjang 2017 hingga 2023. Data Bank Indonesia yang diolah oleh Kementerian Perdagangan menunjukkan, angka nilai tukar dua tahun terakhir sangat jauh atau begitu melemah dibandingkan 2017 yang bertahan di kisaran Rp 13 ribu per US$ per bulan.

Jika dilihat pada grafik, rata-rata nilai tukar dua tahun terakhir berada di kisaran Rp 14 ribu-Rp 15,7 ribu per bulan.

Reporter: Abdul Azis Said