Bank Indonesia menyatakan berhasil uji coba sistem pembayaran melalui pemindaian atau scan wajah alias biometrik di dua pesantren di Jawa Barat. Namun implementasi penuh akan bergantung dari sisi penyedia jasa pembayaran (PJP).
"Dari hasil uji coba tersebut statusnya berhasil yang artinya seluruh skenario uji coba bisa dilakukan," kata Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Ronggo Gundala Yudha ditemui di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (28/7).
Peran BI hanya sebagai regulator sehingga tindak lanjut implementasinya bergantung dari PJP. Sehingga implementasinya menunggu PJP seperti bank atau lembaga pembayaran non bank ingin mengembangkannya menjadi produk atau tidak.
"Tapi jika kemudian ingin dikembangkan, tetap harus mengajukan ke BI untuk dinilai lagi kesiapannya," kata Ronggo.
Adapun dua PJP yang ikut dalam uji coba pembayaran biometrik di pesantren tersebut yakni LinkAja dan DANA. Namun belum diketahui pasti respons dari kedua provider tersebut mengenai tindak lanjut hasil uji coba.
Uji coba pembayaran dengan biometrik itu sebelumnya disampaikan oleh eks Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI yang kini menjadi Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta di Bali pertengahan 2021. Fili saat itu mengatakan inovasi pembayaran ini salah satunya merespons kebutuhan transaksi tanpa menggunakan smartphone, khususnya bagi santri di pesantren.
Fili menyebut para santri sering kali tidak diperbolehkan untuk membawa smartphone-nya saat di pesantren. Untuk memenuhi kebutuhan transaksi tanpa smartphone, dibutuhkan inovasi teknologi pembayaran, salah satunya dengan pemindai wajah.
"Ini adalah inovasi. Jadi ketika Anda tidak membawa gadget, Anda tetap dapat melakukan transaksi pembayaran QRIS atau transaksi lainnya dengan pemindaian wajah," kata dia dalam seminar Digital Finance to Support Financial Inclusion di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7).
Adapun dalam proses uji coba yang dilakukan BI, alat pemindai wajah terhubung dengan uang elektronik atau e-money yang dimiliki santri.
Saat dihubungi terpisah saat itu, Fili menjelaskan, santri bertransaksi menggunakan uang elektronik yang diisikan oleh orang tuanya. Sementara, merchant disediakan mobile device untuk mengautentikasi wajah santri.