Bank sentral Amerika Serikat berharap dapat menekan inflasi tanpa merusak pasar kerja, meskipun upaya tersebut membuat suku bunga tinggi AS harus bertahan selama beberapa waktu. Inflasi di Amerika Serikat mulai melandai pada Juni dari 3,8% secara tahunan pada Mei menjadi 3% secara tahunan.
"Saya sangat optimis. Perkiraan saya adalah bahwa kita berjalan di jalur yang tepat sehingga dapat menurunkan inflasi, tidak segera tetapi pada kecepatan yang masuk akal, tanpa peningkatan besar dalam pengangguran," kata Presiden Bank Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee seperti dikutip Reuters pada Rabu (2/8).
"Mudah-mudahan kita akan terus melihat peningkatan di sisi inflasi; saya pikir itu adalah pendorong utama pemikiran dan pengambilan keputusan kita keluar dari pertemuan terakhir, tetapi juga menuju pertemuan berikutnya."
Goolsbee bergabung dengan sesama gubernur bank sentral AS dalam keputusan bulat pada pekan lalu untuk menaikkan suku bunga kebijakan The Fed 25 bps ke kisaran target 5,25%-5,50%. The Fed sempat melewatkan kenaikan pada pertemuan sebelumnya untuk pertama kalinya sejak memulai kenaikan bungaa pada Maret 2022.
Para pejabat The Fed mengisyaratkan pada Juni bahwa mereka perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut, hingga di atas 5,5%, sebelum akhir tahun. Goolsbee mengatakan pada Selasa (1/8) bahwa keputusannya pada pertemuan The Fed berikutnya pada September akan didorong oleh perkembangan harga.
Dalam panggilan video dengan wartawan, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic melihat tak akan ada kenaikan lagi suku bunga hingga tahun depan. Ia akan memiliki tidak menaikkan bunga jika perkembangan ekonomi sesuai dengan harapan.
Inflasi Amerika Serikat telah melandai dan turun setengahnya dari puncak musim panas lalu menjadi 3% pada Juni. Bostic menyebut, ini adalah kemajuan yang "menjanjikan" menuju sasaran The Fed sebesar 2%.
Goolsbee juga mengatakan bahwa penurunan suku bunga masih jauh di masa depan. The Fed saat ini berada di "jalur emas" untuk menahan inflasi tanpa menciptakan resesi.