Pengusaha Minta Pemerintah Cari Opsi usai Setop Impor Sapi Australia

Donang Wahyu | Katadata
Ilustrasi. Pengusaha makanan dan minuman meminta pemerintah menyiapkan stok cadangan daging sapi agar tidak terjadi kekurangan stok setelah menyetop impor dari Australia.
Penulis: Nadya Zahira
Editor: Agustiyanti
4/8/2023, 10.24 WIB

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia atau GAPMMI meminta pemerintah menyiapkan stok cadangan daging sapi agar tidak terjadi kekurangan. Permintaan tersebut menyusul kebijakan Indonesia yang memberhentikan sementara waktu impor sapi bakalan asal Australia akibat terdeteksi secara klinis penyakit Lumpy Skin Diseases (LSD) atau penyakit kulit berbenjol.

Ketua Umum GAPMMI Adhi S.Lukman mengatakan, pihaknya setuju dengan sikap yang diambil pemerintah dengan memberhentikan sementara impor sapi karena menyangkut kesehatan.  Namun, ia mengingatkan pemerintah harus menyiapkan antisipasi jika terjadi kekurangan stok daging sapi di Indonesia khususnya untuk industri. Ini  mengingat tingkat konsumen daging sapi di Indonesia yang cukup tinggi.

“Australia masih jadi andalan impor, selain India sekarang. Jadi kita harus antisipasi, jangan sampai terjadi kekurangan karena terus terang kebutuhan daging sapi lokal masih berat untuk pemenuhan di industri khususnya,” ujar Adhi saat dihubungi Katadata.co.id, Jumlat (4/7)

Oleh karena itu, menurut dia, Indonesia harus segera menjajaki impor dari negara lain sebagai pengganti Australia. Pasalnya, Indonesia bersaing dengan  Malaysia, Singapura, hingga Thailand yang juga  membutuhkan daging sapi impor.  Ia juga memperkirakan harga daging sapi akan naik seiring dengan kebijakan pembatasan tersebut.

“Kalau kita enggak antisipasi ini, kita akan kalah saing dengan negara-negara itu karena mereka juga membutuhkan. Maka, kita harus lebih banyak memperluas pasokan daging dari mancanegara tapi  kita harus hati-hati dengan penyakit,” kata Adhi.

Permasalahan terkait daging sapi juga terjadi di Malaysia. Adhi nengatakan, negara itu masih menutup impor daging sapi olahan dari Indonesia.  Hal tersebut terjadi sejak adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK yang menyerang Indonesia pada tahun 2022 silam.

“Tadi saya baru dapat laporan produk kita masih belum diterima di Malaysia yang berbasis sapi karena PMK. Jadi ini lanjutan kasus tahun lalu imbasnya masih terjadi,” ujar Adhi.

Adhi menyayangkan hal tersebut karena pengusaha selalu berupaya memenuhi persyaratan ekspor sebelum mengirim daging olahan ke Malaysia. Persyaratan tersebut mulai dari uji coba keamanan hingga sanitasi produk hewan.

"Uji keamanan menyatakan bahwa semua produk dinyatakan aman," ujar Adhi.

Dia juga berharap pemerintah bisa segera bertindak agar proses eksportasi daging sapi olahan asal Indonesia ke Malaysia bisa kembali pulih. Dengan begitu, menurut dia, perdagangan sapi olahan asal Indonesia tidak lagi mengalami penurunan.

Kasus PMK di Indonesia sempat menyentuh 538.354 ekor pada Kamis, 22 September 2022. Terdapat 17 provinsi di Indonesia yang memiliki kasus aktif wabah PMK saat itu.

Reporter: Nadya Zahira