Surplus Neraca Dagang Juli 2023 Diramal Turun, Tersulut Ekonomi Cina

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di kawasan Pelabuhan Pelindo II, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/11/2022).
15/8/2023, 08.04 WIB

Mayoritas ekonom memperkirakan surplus neraca dagang Juli akan menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Perlambatan ekonomi Cina dinilai menjadi faktor di balik perlambatan ekspor. 

Mengutip Investing, konsensus pasar memperkirakan surplus bulan lalu turun menjadi US$ 2,53 miliar dari bulan sebelumnya US$ 3,46 miliar. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data ekspor dan impor Juli pada siang ini pukul 11.00 WIB.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus neraca dagang sebesar US$ 2,66 miliar. Ekspor diperkirakan turun 20,5% dibandingkan tahun lalu, lebih dalam dari penurunan impor 17,3%.

"Penurunan surplus perdagangan bulan Juli 2023 dipengaruhi oleh penurunan ekspor secara bulanan di tengah potensi penurunan volume ekspor yang terindikasi dari penurunan kinerja aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Eurozone, Cina dan India," tulis Josua dalam risetnya dikutip Selasa (15/8).

Meski demikian, Josua melihat penurunan ekspor secara bulanan cenderung masih terbatas. Hal ini disebabkan harga beberapa komoditas ekspor Indonesia meningkat secara rata-rata dibandingkan bulan sebelumnya. Harga CPO naik 10,4% dari Juni dan batu bara 3,5%. 

Sementara itu, kinerja impor juga diperkirakan meningkat dari bulan Juni mempertimbangkan aktivitas manufaktur domestik yang tercatat masih dalam fase ekspansif. Data ekspor Cina ke Indonesia juga menunjukkan peningkatan.

Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan neraca dagang juga turun menjadi US$ 2,74 miliar. Ekspor dan impor secara bulanan meningkat, namun kenaikan dari sisi impor masih tumbuh lebih tinggi.

Ekspor diperkirakan meningkat 1,1% dari bulan Juni tetapi masih akan anjlok 18,2% dibandingkan tahun lalu. Kenaikan secara bulanan menurut Damhuri seiring peningkatan ekonomi beberapa negara mitra dagang RI pada kuartal kedua yang memicu rebound harga beberapa komoditas seperti CPO, gas alam, cocoa dan beberapa jenis logam seperti tin dan copper.

Sementara, impor diperkirakan Naik 5,5% dari bulan sebelumnya meski secara tahunan turun 15,2%. Peningkatan impor secara bulanan dipengaruhi ekspektasi membaiknya kinerja ekonomi domestik yang ditunjukkan oleh laporan beberapa data.

Potensi Turun Lebih Dalam

Bank Mandiri juga memperkirakan surplus dagang Juli akan menyusut karena penurunan lebih cepat pada ekspor. Perkiraan mereka bahkan lebih rendah dari dua ekonom sebelumnya yakni US$ 2,3 miliar.

Ekspor diperkirakan menurun 20% dibandingkan tahun lalu dan turun 1,2% dari Juni. Beberapa faktor lesunya ekspor antara lain kontraksi pada kinerja manufaktur Cina, penurunan Baltic Dry Index yang berarti biaya angkutan ekspor dunia menurun, dan berlanjutnya penurunan harga komoditas.

Impor diperkirakan turun tidak sedalam ekspor yakni 15,38% namun secara bulanan masih naik 5,3%. Beberapa faktor yang mempengaruhi impor yakni kenaikan harga minyak serta kinerja sektor manufaktur di dalam negeri yang terus ekspansi.

"Kontraksi surplus ini dapat dikaitkan dengan berkurangnya aktivitas perdagangan global, didorong melemahnya permintaan global di tengah berlanjutnya inflasi membandel,” tulis ekonom senior Bank Mandiri, Faisal Rachman dalam risetnya.

Lebih jauh Faisal mengatakan salah satu langkah yang bisa diambil pemerintah adalah mendorong penerapan suku bunga tinggi untuk jangka waktu lebih lama. Ia juga menyebut lemahnya permintaan global menyebabkan penurunan harga komoditas berlanjut

Reporter: Abdul Azis Said