Bank Indonesia mencatat, neraca transaksi berjalan mengalami defisit sebesar US$ 1,9 miliar pada kuartal II 2023, setelah surplus US$ 3 miliar pada kuartal sebelumnya. Defisit pada neraca transaksi berjalan, serta transaksi modal dan finansial mendorong neraca pembayaran mengalami defisit hingga US$ 7,4 miliar.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Wahyu Agung Nugroho mengatakan, defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal kedua 2023 masih dalam posisi aman. Ia pun memastikan nilai tukar rupiah akan tetap terjaga.
"Defisitnya masih cukup rendah, masih jauh di bawah CAD (current account deficit) yang aman," kata Wahyu kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/8).
Wahyu menjelaskan defisit pada transaksi berjalan yang terjadi sejalan dengan momentum pemulihan ekonomi nasional. "Masih jauh dari bahaya, ini sesuai aja dengan aktivitas ekonomi yang semakin membaik,” katanya.
Neraca transaksi berjalan kembali mencatatkan defisit pada kuartal II 2023 setelah terus mengalami surplus sejak kuartal III 2021.
Sebelum kuartal III 2021, neraca transaksi berjalan Indonesia selalu mengalami defisit sejak 2012. Surplus transaksi berjalan pertama kalinya terjadi pada 2021 setelah hampir satu dekade karena neraca perdagangan berhasil membukukan surplus jumbo seiring lonjakan pada harga komoditas.
Adapun defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal II 2023 terjadi seiring surplus pada neraca dagang yang menurun di tengah defisit yang lebih dalam pada neraca jasa dan pendapatan primer.
Surplus neraca perdagangan pada kuartal kedua tahun ini anjlok dari US$ 14,7 miliar pada kuartal pertama 2023 menjadi US$ 10,7 miliar. Surplus neraca perdagangan yang anjlok dipengaruhi oleh defisit pada neraca perdagangan migas yang meningkat mencapai US$ 10 miliar dan surplus neraca perdagangan nonmigas yang turun menjadi US$ 24 miliar. Adapun penurunan pada ekspor nonmigas akibat lesunya harga komoditas meski impor juga menurun terbatas.
Di sisi lain, neraca jasa mencatatkan peningkatan defisit dari US 4,6 miliar menjadi US$ 4,7 miliar. Peningkatan defisit neraca jasa terutama bersumber dari jasa perjalanan, jasa keuangan, dan jasa terkait penggunaan kekayaan intelektual. BI mencatat, jasa transportasi masih menjadi penyumbang defisit terbesar mencapai US$ 2,4 miliar disebabkan oleh penurunan pembiayaan impor pada transportasi penumpang.
Neraca pendapatan primer mencatatkan defisit mencapai US$ 9,1 miliar, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya US$ 8,6 miliar. Peningkatan defisit ini disebabkan oleh peningkatan pembayaran timbal hasil atas investasi asing yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan penerimaan pendapatan hasil investasi penduduk di luar negeri.
Pembayaran imbal hasıl investasi asing naik dari US$ 10,4 miliar menjadi US$ 11,1 miliar. Kenaikan ditopang oleh komponen investasi asing langsung maupun portofoilio. ADVERTISEMENT Dari seluruh komponen neraca transaksi berjalan, hanya neraca pendapatan sekunder, berhasil mencatatkan kenaikan surplus tipis dari US$ 1,45 miliar menjadi US$ 1,51 miliar.