Pemerintah Target Satu Juta Unit Rumah Ramah Lingkungan pada 2030

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/YU
Ilustrasi. Pemerintah menargetkan pembangunan 100 ribu unit rumah lingkungan pada tahun depan.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
22/8/2023, 18.45 WIB

Pemerintah menargetkan pembangunan satu juta unit rumah ramah lingkungan pada 2030. Permintaan rumah ramah lingkungan yang terefleksi pada penyaluran kredit perumahan rakyat atau KPR hijau masih rendah saat ini.

Target satu juta unit rumah ramah lingkungan tersebut diinisiasi dalam Indonesia Green Affordable Housing Program atau IGAHP.  Program tersebut menargetkan ketersediaan rumah ramah lingkungan meningkat dari 100 ribu unit pada pada tahun depan menjadi satu juta unit pada 2030. 

"Mengapa kami memulai ini. Karen biasanya kami membahas tentang KPR hijau, obligasi hijau dan lain-lain dari aspek finansial.  Kita lupa bahwa kita tidak bisa menggunakan fasilitas keuangan itu karena kita tidak punya perumahan yang ramah lingkungan," kata Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR dalam rangkaian acara pertemuan menkeu dan gubernur bank sentral ASEAN di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (22/8).

Adapun pembiayaan untuk rumah ramah lingkungan itu tidak sepenuhnya mengandalkan ketersediaan dana publik saja melainkan juga melibatkan sektor swasta. 

Kementerian PUPR saat ini telah membuat simulasi manfaat dari pembangunan satu juta rumah ramah lingkungan tersebut. Pembangunan rumah tersebut terdiri atas pembangunan rumah baru sebanyak 760 ribu unit dan 315 ribu unit rumah renovasi menjadi lebih ramah lingkungan. 

Pembangunan rumah ramah lingkungan baru bisa membantu efisiensi energi sebesar 22,95% dan sebesar 24,91% untuk rumah removasi. Penghematan air bisa mencapai 22,73% untuk rumah baru dan 20,97% untuk rumah renovasi. Selain itu, pembangunan rumah ramah lingungan menghasilkan efisiensi material sebesar 23,52% untuk unit baru.

Pembangunan 760 ribu unit rumah baru ramah lingkungan bisa mengurangi 17-34 juta metrik ton CO2, sementara renovasi 315 ribu rumah bisa mengurangi 1,5 juta metrik ton. Penghematan biaya perawatan rumah bisa berkurang 19-34% dengan pembangunan rumah baru, sementara dengan renovasi maka penghematan biaya perawatan bisa mencapai 13%.

Meski demikian, ketersediaan rumah ramah lingkungan di Indonesia masih sangat rendah. Bukan hanya karena sisi pasokan yang terbatas, permintaannya juga masih rendah. Hal ini tercermin dari penyaluran KPR hijau yang masih rendah. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, KPR hijau masih belum familiar di Indonesia. KPR hijau juga belum mendapatkan porsi yang signifikan dalam penyaluran kredit perbankan secara umum. 

Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut tren KPR hijau akan meningkat di masa depan seiring populasi penduduk usia muda Indonesia yang melimpah dan memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungan. Pembangunan rumah yang lumrah saat ini dinilai memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.  

Bendahara negara itu menyebut, Indonesia memiliki demografi penduduk muda yang melimpah. Dengan demikian, kebutuhan terhadap perumahan semakin meningkat di masa depan. Oleh karena itu, permintaan terhadap KPR hijau akan memiliki potensi besar di masa depan. 

"Generasi milenial, generasi X, Y, Z akan menjadi motor penggerak pertumbuhan kita. Mereka juga pada saat yang sama memiliki karakter semakin sadar tentang pentingnya hidup dengan cara yang lebih berkelanjutan menghindari iklim perubahan, implikasi bencana, dan mempunyai gaya hidup yang semakin sadar terhadap dampak lingkungan," kata dia Hotel Mulia, Jakarta.

Reporter: Abdul Azis Said