Analis Pasar Uang Ramal Rupiah Bisa Tembus 16.700 per US$ Akhir 2023

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
23/10/2023, 13.09 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melemah. Hingga pukul 12.25 hari ini, Senin (23/10), Rupiah kembali melemah 0,49% ke level 15.951, nyaris menyentuh level psikologis 16.000.

Apa saja penyebab pelemahan rupiah saat ini? Lalu, bagaimana nasib rupiah di masa mendatang?

Dua analis pasar uang memperkirakan rupiah akan melemah hingga ke level 16.000, bahkan bisa menembus angka 16.700 pada akhir tahun ini. 

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai pelemahan rupiah masih akan terus berlangsung akibat faktor eksternal ekonomi global.

Menurut dia, sentimen negatif masih berasal dari pergerakan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve. Pasar akan menunggu keputusan The Fed dalam rapat kebijakan terakhir mereka. Bank Sentral AS masih mengkhawatirkan inflasi yang belum turun ke target 2%.

“The Fed memberi solusi dengan mempertahankan suku bunga tinggi atau menaikannya, sehingga ekonomi AS melambat dan akhirnya inflasi AS bisa turun  ke target,” kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (23/10).

Dari sisi ketegangan geopolitik, Ariston juga menjelaskan, terdapat perang antara Israel dan Hamas yang belum berakhir dan tidak diketahui waktu akan berakhir.

“Kalau perang, ini masih belum jelas kapan berakhirnya. Bisa saja semakin meluas, bisa saja mereda di tahun ini. Hal yang pasti menimbulkan kekhawatiran pasar sehingga memicu penguatan aset aman seperti dolar AS,” kata Ariston.

Jika kekhawatiran pasar masih bertahan, ada potensi dolar AS akan terus menguat, termasuk terhadap rupiah. Sebaliknya, rupiah bisa terus melemah bahkan hingga level 16.700.

Pada Kamis (19/10) pekan lalu, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basispoin (bps) dari 5,75% ke level 6%. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan pergerakan rupiah terhadap nilai tukar dolar AS. 

Ariston menilai kenaikan suku bunga BI ini memberikan amunisi ke rupiah atau membantu menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terlalu melemah terhadap dolar AS. Namun, jika BI berencana untuk menaikkan suku bunga tiap bulannya hingga akhir 2023, dapat menjadi bumerang untuk Indonesia.

“Menaikan suku bunga terlalu tinggi juga bisa Jadi bumerang untuk perekonomian dalam negeri,” ujar Ariston.

Analis pasar uang, Lukman Leong juga mengatakan apabila tidak ada perubahan pada sikap the Fed serta pada perang Israel-Hamas, rupiah diperkirakan akan menembus 16.000, bahkan melampaui angka itu.

“Selama faktor eksternal tidak membaik, rupiah bisa bergerak dalam rentang 16.300-16.500,” kata Lukman.

Reporter: Zahwa Madjid