OJK Yakin Sektor Keuangan Mampu Hadapi Ketidakpastian Global

Dok. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar
Penulis: Lavinda
30/10/2023, 13.20 WIB

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar meyakini sektor jasa keuangan Indonesia mampu menghadapi berbagai gejolak yang sedang terjadi di tingkat global, salah satunya kebijakan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lama.

“Sektor jasa keuangan terjaga stabil dalam menghadapi peningkatan ketidakpastian global, yang ditunjukkan oleh terjangan gaya permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga,” ujar Mahendra dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK Oktober 2023 seperti dikutip Antara, Senin (30/10).

Selain itu, lanjutnya, sektor jasa keuangan nasional mampu menghadapi meningkatnya tensi geopolitik di tingkat global, salah satunya konflik yang sedang terjadi di Timur Tengah antara Israel dan Hamas.

“Risiko geopolitik global berpotensi mengganggu ekonomi dunia secara signifikan, terutama jika terjadi eskalasi di Timur Tengah yang lebih luas,” ujar Mahendra.

Mahendra menjelaskan, membaiknya pasar tenaga kerja dan inflasi yang tetap tinggi di Amerika Serikat (AS), mendorong meningkatnya aksi jual pasar obligasi di salah satu negara ekonomi terkuat dunia tersebut.

Kemudian, kenaikan imbal hasil obligasi AS atau yield US Treasury meningkatkan keluarnya modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, serta mendorong pelemahan pada nilai tukar dan pasar obligasi yang cukup signifikan.

“Volatilitas di pasar keuangan, baik saham, obligasi dan nilai tukar dalam tren yang meningkat” ujar Mahendra.

Namun demikian, kinerja sektor korporasi dalam negeri masih relatif baik. Ini tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang terus berada di zona ekspansi dan neraca perdagangan yang tetap mencatatkan surplus.

Kendati demikian, dia mengingatkan daya beli masyarakat masih dalam kondisi tertekan, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menurun dan kinerja penjualan ritel yang rendah.

Reporter: Antara