Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak melemah 0,02% ke level 15.627 pada awal perdagangan menjelang akhir pekan ini, Jumat (19/1).
Pada akhir perdagangan Kamis kemarin, mata uang rupiah ditutup menguat 19 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 25 poin di level 15.623 dari penutupan sebelumnya di level 15.643.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menilai rupiah masih berpeluang melemah terhadap dolar AS dan bergerak di atas 15.600 hari ini. Menurut Ariston, situasi di Timur Tengah yang masih memanas dan data ekonomi AS yang membaik bisa membantu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.
Potensi pelemahan ke arah 15.650, dengan potensi support di kisaran 15.600.
“Semalam data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS menunjukkan jumlah klaim yang lebih kecil dibandingkan ekspektasi pasar, 187 ribu vs 207 ribu,” ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (19/1).
Data tersebut mendukung ekspektasi pemangkasan suku bunga tidak akan dilakukan terburu-buru oleh Bank Sentral AS.
Tingkat imbal hasil obligasi AS terutama tenor 10 tahun masih menunjukan kenaikan. Pagi ini sudah berada di kisaran 4.16%, dibandingkan pagi sebelumnya di sekitar 4.05%.
“Tapi di sisi lain, ekspektasi waktu pemangkasan suku bunga acuan AS mungkin sudah diantisipasi oleh pelaku pasar, selain itu pasar juga sudah memprediksi suku bunga acuan AS pada akhirnya memang akan lebih rendah tahun ini, sehingga penguatan dollar AS bisa saja tertahan,” ujarnya.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai ketidakpastian mengenai kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga telah membantu dolar pulih pada tahun ini setelah terpukul keras pada akhir tahun 2023 setelah sikap dovish The Fed pada pertemuan FOMC bulan Desember.
Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga di bulan Maret telah berkurang menjadi peluang 62,2% dibandingkan perkiraan 76,9% di sesi sebelumnya, menurut FedWatch Tool dari CME.
“Penjualan ritel AS akan dirilis pada Rabu malam, dan akan diawasi dengan ketat untuk mengetahui indikasi bahwa belanja konsumen pendorong utama pertumbuhan ekonomi tetap tangguh dalam menghadapi kenaikan suku bunga,” ujar Ibrahim dalam risetnya.
Dari pasar Asia, ekonomi Cina tumbuh sedikit lebih rendah dari perkiraan pada kuartal keempat, dan hampir tidak melampaui perkiraan pemerintah sebesar 5% untuk pertumbuhan pada tahun 2023.
“Angka tersebut menunjukkan bahwa pemulihan pasca-COVID hanya memperoleh sedikit momentum selama setahun terakhir, dan memberikan dampak yang lumayan bagi Tiongkok pada tahun 2024,” ujarnya.
Rupiah diperkirakan akan bergerak rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang 15.600–15.670.
Melansir Bloomberg, sejumlah mata uang asia kompak menunjukkan penguatan terhadap dolar AS. Baht Thailand menguat 0,03%, ringgit Malaysia 0,10%, dolar Singapura 0,13%, dan yuan Jepang menguat 0,01%.