Cerita Para Murid Usai Coba Makan Siang Gratis: Maunya Ayam Goreng

Katadata
Program makan siang gratis
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Sorta Tobing
29/2/2024, 18.34 WIB

Simulasi makan siang gratis sudah mulai dilakukan pemerintah. Lokasi uji coba pertama berlangsung di SMP Negeri 2 Curug, Tangerang, Banten, pada pagi tadi, Kamis (29/2). 

Hadir dalam acara itu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia mengatakan Kabupaten Tangerang memiliki sekolah dengan tiga tipologi nasional. Yakni perkotaan, pedesaan, dan pesisir.

Tak hanya itu, Airlangga juga mengatakan pemerintah Kabupaten Tangerang bersedia menyediakan anggaran untuk menyelenggarakan program ini. Anggaran pelaksanaan simulasi ini bersumber dari anggaran program yang sudah ada di Tangerang, yaitu Anak Sehat Sejahtera (Aksara).

“Anggaran dari dinas, enggak masuk APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara). Ini dari Pak Bupati, namanya volunteer, siapa yang mau mencoba program ini duluan,” ujar Airlangga.

Dalam simulasi, sekolah menyediakan empat menu berbeda dengan nilai total Rp 15.000 per porsi alias per anak. Menu utamanya terdiri dari siomay, gado-gado, nasi dengan ayam dan sayur campur, dan nasi dengan semur telur dan sayur buncis. Keempat menu juga dilengkapi dengan buah pisang.

Semua makanan ini disediakan oleh katering yang berada di sekitar sekolah. Beberapa pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang sebelumnya menaruh produk makanannya di kantin sekolah juga terlibat.

Memasuki area kantin sekolah, terlihat beberapa guru, pegawai kantin, hingga siswa yang ikut membantu persiapan makan siang gratis tersebut. Ada tiga sampai empat orang yang sibuk menyiapkan satu jenis makanan. Beberapa pegawai dari dinas kesehatan dan puskesmas setempat juga terlihat memantau.

Setiap porsi makanan ditaruh dengan takaran yang sama ke dalam tempat makan yang sudah dibawa masing-masing siswa dari rumah masing-masing. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan sampah plastik di lingkungan sekolah.

Menu Program makan siang gratis. (Katadata)

Sesaat sebelum jam makan siang, kotak makan yang sudah diisi tersebut ditaruh di depan masing-masing kelas yang menjadi uji coba. Katadata.co.id sempat mewawancarai beberapa siswa yang menerima makan siang gratis tersebut.

Seperti Yafi siswa kelas 9. Dalam uji coba program makan siang gratis, Yafi kedapatan menu gado-gado. Ia bercerita bahwa sehari-hari, biasanya dibawakan bekal oleh orang tua dari rumah.

Ia juga tetap diberikan uang saku sebesar Rp 20 ribu. Yafi merasa puas dengan menu makanan yang diberikan. Menurut dia, makanan yang tersedia sudah sesuai dengan porsi makan siang dirinya. “Kenyang sih (menu makan siang gratisnya), bahkan tadi masih ada sisa,” ujar Yafi.

Kendati demikian, ia mengeluhkan bahwa bumbu kacang untuk gado-gado yang diterimanya terlalu sedikit. “Makanannya enak tapi tadi bumbunya terlalu sedikit,” ujarnya.

Yafi pun menyarankan untuk menu makan siang tersebut dapat diganti-ganti tiap harinya agar tidak bosan. “Mau ayam goreng seperti kelas sebelah,” kata Yafi sambil tersenyum.

Begitu juga dengan Gabi, siswi kelas 9, yang mendapatkan menu siomay untuk uji coba makan siang. Ia mengatakan dengan menu yang diberikan ia sudah merasa kenyang dan cukup.

Sehari-hari, ia biasa membawa uang jajan sebesar Rp 10 ribu rupiah. Dengan adanya program makan siang gratis ini, dirinya bisa menghemat uang jajan.

Kan istirahat dua kali, jam 10 dan jam 12. Biasanya jam 10 aku jajan roti. Jam 12 baru makan bekal atau jajan lagi. Dapat makan siang jadi, enggak jajan dua kali,” ujarnya.

Ketua pengurus kantin SMPN 2, Kholidah bercerita bahwa uji coba ini dilakukan secara mendadak. Ia baru dikabarkan oleh kepala sekolah kemarin, bahwa sekolah akan kedatangan tamu dari pemda akan berkunjung.

“Jujur saya juga kaget baru dikasih tahu kemarin bahwa sekolah akan dijadikan pilot project untuk program makan siang gratis. Lalu dari situ saya ikut briefing sama bupati, kepala dinas, aparat setempat, bahwa program akan kita praktekan,”

Dengan waktu persiapan yang diberikan sangat singkat, Kholidah mengaku pihak-pihak yang dilibatkan, seperti UMKM yang menjual makanan setempat sudah terbiasa. “Ibu-ibu ini kan sudah terbiasa menyiapkan makanan untuk jualan sehari-harinya,” ujarnya.

Untuk menu, Kholidah mengatakan sudah mendapat takarannya dari dinas kesehatan yang berisikan karbohidrat, protein, buah dan sayur. Menurut dia, dengan anggaran Rp 15.000 per porsi untuk satu porsi penuh sebenarnya kurang.

Namun, dirinya menyiasati dengan mengurangi takaran porsinya. Mengingat makan siang diberikan untuk anak-anak. “Kalau satu porsi maksimal itu kurang kalau hanya Rp 15 ribu. Tapi mungkin karena untuk porsi anak dikurangi dari misalnya satu porsi 3 sendok menjadi 2 sendok. Jadi menu mengikuti anggaran,” ujarnya.

Reporter: Zahwa Madjid