Kementerian Keuangan menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,11% secara tahunan pada kuartal pertama 2024 cenderung tinggi dan mumpuni. Dampak Pemilihan Umum (Pemilu) dan konsumsi rumah tangga disebut masih menjadi faktor kunci.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara berharap capaian positif itu dapat terus berlanjut hingga kuartal akhir tahun ini. Dia optimistis sektor konsumsi rumah tangga masih dapat menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.
"Pemerintah ingin di atas 5% untuk konsumsi rumah tangganya untuk masyarakat," kata Suahasil di Istana Merdeka Jakarta pada Senin (6/5).
Pemerintah juga telah melancarkan kebijakan perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPNDPT) dan bantuan biaya administrasi untuk pembelian rumah di bawah Rp2 miliar.
Adapun proses implementasi PPN DTP dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pemberian insentif pajak diberikan sebesar 100% pada November 2023 sampai Juni 2024. Kedua, pemberian insentif sebesar 50% untuk periode Juli hingga Desember 2024.
Insentif PPN DTP juga telah diperluas untuk maksimal harga rumah Rp5 miliar. Namun, pemerintah hanya menanggung PPN atas Rp2 miliar pertama. Suahasil mengatakan stimulus ini menjadi instrumen untuk menggairahkan laju industri konstruksi.
"Semoga bisa mendorong konstruksi dan mendorong investasi di kuartal-kuartal mendatang. Jadi ini basis yang baru," ujar Suahasil.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,11% secara tahunan (yoy) pada kuartal I 2024. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan kuartal IV 2023 sebesar 5,04% yoy.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh aktivitas ekonomi yang tetap kuat seperti konsumsi rumah tangga, momentum lebaran dan Pemilu 2024.
Menurut Amalia, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB) dengan berkontribusi sebesasar 54,93% terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2024.
"Konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang utama PDB dari sisi pengeluaran," kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/5).
Selanjutnya, pengeluaran pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar kedua dengan porsi 29,31%. Diikuti ekspor yang menyumbang 21,37%, konsumsi pemerintah 6,25%, dan konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) berkontribusi 1,43%.