Gaya Hidup Kelas Menengah Saat Ini, Lebih Suka Belanja untuk Pesta dan Hiburan
Gaya hidup kelas menengah saat ini mulai terjadi pergeseran. Badan Pusat Statistik (BPS) melihat peningkatan belanja kelompok kelas menengah untuk kebutuhan hiburan dan pesta dalam 10 tahun terakhir.
Jika sebelumnya sebagian besar kelas menengah mengalokasikan gajinya untuk kebutuhan makanan dan minuman, sekarang porsinya makin berkurang. BPS bahkan mencatat, porsi pengeluaran untuk makananan dan minuman turun dari 45,53% menjadi 41,67%.
"Tetapi, saat ini porsi pengeluaran untuk makanan dan minuman hanya 41,67%," kata Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Rabu (28/8).
Tak hanya itu, pengeluaran kelas menengah untuk kebutuhan perumahan juga mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir. Hal ini tercermin dari penurunan belanja untuk kebutuhan perumahan dari 32% menjadi 28,5%.
Belanja Keperluan Pesta Naik
BPS mencatat sejumlah kelompok pengeluaran yang justru mengalami peningkatan seperti untuk kebutuhan hiburan, pajak atau iuran, kendaraan, barang tahan lama, pakaian, barang atau jasa lainnya, dan keperluan pesta.
“Untuk keperluan pesta naik 0,75% menjadi 3,18%. Untuk hiburan naik tipis sekali 0,38% dari 0,22%,” ujar Amalia.
Sebaliknya, pengeluaran pendidikan turun dari 4,32% menjadi 3,66. Diikuti pengeluaran untuk kesehatan juga turun dari 3,27% menjadi 2,86%. “Dari semua data ini, secara umum prioritas kelas menengah saat ini adalah makanan, perumahan, dan barang jasa lain,” kata Amalia.
Sebelumnya, BPS mencatat jumlah kelas menengah menurun pada 2024. Amalia mengungkapkan bahwa penurunan jumlah dan persentase penduduk kelas menengah mulai terjadi pascapandemi Covid-19.
“Sebelum Covid-19 atau pada 2019 memang kelas menengah berjumlah 57,33 juta orang atau kira-kira 21,5% dari total penduduk Indonesia. Tapi di 2024 turun,” kata Amalia.
Pada tahun 2021, jumlah penduduk kelas menengah turun menjadi 53,83 juta orang dengan proporsi 19,82%. Penurunan terus berlanjut pada 2022 menjadi 49,51 juta orang dan pada 2023 hanya 48,27 orang.
Tren serupa juga terjadi pada tahun ini. Angka kelas menengah saat ini mencapai 47,85 juta orang dengan proporsi 17,13%. “Memang kami identifikasi masih ada scarring effect atau kecemasan dari pandemi terhadap ketahanan kelas menengah,” ujar Amalia.