Rupiah Diprediksi Masih Tertekan Dibayangi Kekhawatiran Konflik Timur Tengah

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta, Senin (26/8/2024). Nilai tukar rupiah di pasar spot perkasa di awal perdagangan hari ini di level Rp15.340 per dolar AS, menguat 0,98 persen dibandingkan dengan penutupan Jumat (23/8) di level Rp15.492 per dolar AS dan menjadikan rupiah menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia.
29/8/2024, 09.40 WIB

Sejumlah analis memproyeksikan pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini masih tertekan karena kekhawatiran geopolitik Timur Tengah. Analis komoditas dan pasar uang, Lukman Leong, memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah terbatas terhadap dolar AS yang rebound

“Kekhawatiran di Timur Tengah masih berpotensi menekan mata uang beresiko, namun saat ini belum ada perkembangan signifikan. Rupiah akan berkisar pada rentang 15.499 hingga 15.550 per dolar AS,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (29/8). 

Di sisi lain, Lukman juga menilai investor cenderung wait and see menjelang rilis revisi data pertumbuhan produk domestik bruto AS. Selain itu, pemerintah AS juga akan mengumumkan data klaim pengangguran AS yang akan terbit malam ini.

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.15 WIB, rupiah berada pada level 15.414 per dolar AS. Level tersebut menurun 8,0 poin atau 0,05% dari posisi penutupan sebelumnya. 

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, juga memproyeksikan rupiah melemah hari ini. “Kemungkinan ada depresiasi pada hari ini. Rentangnya berkisar Rp 15.450 per dolar AS sampai Rp 15.570 per dolar AS," ujar Fikri. 

Fikri menjelaskan pelemahan rupiah berpotensi terjadi karena perpindahan portofolio ke safe asset termasuk dolar AS. Hal itu menurutnya juga seiring dengan meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah. 

Sementara itu, pengamat pasar uang Ariston Tjendra masih optimistis rupiah bisa menguat kembali hari ini. Ariston menilai pergerakan rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu jauh belakangan ini meskipun ada tekanan karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah. 

“Tapi rupiah masih mendapatkan dukungan dari ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS pada September 2024,” kata Ariston. 

Oleh karena itu, Ariston memproyeksikan rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar AS dengan pola pergerakan mata uang dan sentimen pemangkasan yang masih berlangsung saat ini. Ariston memproyeksikan rupiah bisa menguat ke arah Rp 15.380 per dolar AS dengan potensi resisten pada kisara Rp 15.460 per dolar AS. 

Reporter: Rahayu Subekti