Pemerintah Optimistis Libur Nataru Bisa Dongkrak Konsumsi Kuartal IV 2024

nataru, pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.
Pengunjung berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (26/12/2023).
Penulis: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing
12/11/2024, 17.33 WIB

Pemerintah optimistis tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal keempat tahun ini akan terdongkrak. Sejumlah faktor yang mendukung peningkatan itu, salah satunya libur Natal dan tahun baru atau Nataru.

"Konsumsi rumah tangga biasanya tinggi karena ada libur Nataru," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (12/11).

Beberapa insentif juga pemerintah sudah siapkan untuk mendongkrak konsumsi. "Kami berharap beberapa insentif kelas menengah mulai dari properti, otomotif, apapun juga tetap jalan di kuartal IV 2024," ujarnya.

Pada kuartal ketiga 2024, pertumbuhan Indonesia hanya berada di level 4,95% secara tahunan. Angka di bawah 5% ini merupakan yang terendah sejak kuartal IV 2023. 

Susiwijono mengatakan, kuartal ketiga memang terjadi siklus penurunan pertumbuhan ekonomi. "Konsumsi rumah tangga harusnya tinggi karena ada libur Nataru. Kemudian juga belanja pemerintah pada kuartal IV biasanya jadi pembayaran terminnya," ujar Susiwijono.

Ia melihat kondisi investasi saat ini masih sangat positif karena masih banyaknya investor yang masuk ke Indonesia. Pemerintah hanya perlu memastikan untuk menjaga iklim usaha. "Kami yakin pembentukan modal tetap bruto atau PMTB investasi juga akan lebih tinggi pada kuartal IV," kata Susiwijono.

Pertumbuhan Ekonomi Bergantung Faktor Musiman

Perlambatan ekonomi pada kuartal III tahun ini sesuai dengan proyeksi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Dalam riset berjudul Indonesia Economic Outlook 2025, LPEM FEB UI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,96%.

Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai tren pertumbuhan ekonomi ini cukup mengkhawatirkan karena muncul risiko Indonesia tidak mampu tumbuh 5% tanpa faktor musiman. Dia mencontohkan faktor musiman seperti penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) pada kuartal I 2024.

Kemudian periode Ramadhan, hari raya Idul Fitri, libur sekolah, dan berbagai hari raya keagamaan selama kuartal II pada 2024. “Selama paruh pertama 2024, Indonesia masih belum mampu tumbuh secara signifikan lebih dari 5% meskipun dua kuartal berturut-turut memiliki faktor pendorong musiman,” ujar Riefky pada 5 November lalu.  

Kondisi ini mengindikasikan fenomena stagnasi sekuler karena tak ada sumber pertumbuhan ekonomi baru. Indonesia hanya melanjutkan tren pertumbuhan jangka panjang di kisaran 5% sejak 2014 hingga kuartal II 2024, kecuali periode pandemi Covid-19.  

Riefky pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi tidak dapat tumbuh signifikan jelang akhir 2024, sebelum muncul faktor musiman, seperti periode libur Natal dan tahun baru.

Reporter: Rahayu Subekti