BI Banyak Beli SBN pada Tahun Ini, Apa Tujuannya?

Bank Indonesia, bi, sbn, surat berharga negara
Arief Kamaludin | Katadata
Kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta.
Penulis: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing
21/3/2025, 15.16 WIB

Bank Indonesia (BI) pada tahun ini banyak membeli surat berharga negara atau SBN. Per 18 Maret 2025, pembeliannya telah mencapai Rp 70,7 triliun. Artinya, bank sentral telah  membeli 47,13% surat utang pemerintah dari rencana awal pembelian sepanjang 2025 mencapai Rp 150 triliun.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pembelian SBN ini sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah. “Kami tahu memang perlu ekspansi likuiditas, antara lain dengan membeli SBN,” katanya dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Maret 2025 di Jakarta, Rabu (19/3).

Perry menjelaskan, bank sentral perlu melakukan ekspansi likuiditas untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Dalam melakukannya perlu melakukan intervensi. BI menempuhnya dengan menjual devisa. “Kalau jual devisa berarti rupiahnya akan disedot. Rupiahnya terkontraksi. Karena itu, supaya rupiahnya kembali lagi ke sistem keuangan, kami beli SBN,” ujar Perry.

Karena itu, pembelian SBN merupakan bagian dari program moneter BI yang pro-stability (mendukung stabilitas) dan pro-growth (mendukung pertumbuhan). Pemangkasan suku bunga acuan juga menjadi salah satu cara BI untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Namun, Perry menekankan kondisi global saat ini belum bisa membuat BI memangkas suku bunganya kembali. “Ruangnya masih ada, kami akan melakukan (memangkas suku bunga). Tapi sabar dulu dong karena globalnya memang belum memungkinkan,” kata Perry.

Untuk sementara ini BI melakukan ekspansi likuiditas. Jika dirinci, pembelian SBN senilai Rp 70,7 triliun tersebut terdiri dari pembelian melalui pasar sekunder senilai Rp 47,3 triliun dan Rp 23,4 triliun melalui pasar primer berupa Surat Perbendaharaan.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan SBN neto oleh Bank Indonesia per 18 Maret 2025 senilai Rp 1.588,26 triliun. Angka ini naik dari posisi Januari 2025 yang mencapai Rp 1.441,19 triliun.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Rahayu Subekti