Pencari Suaka dari Afghanistan hingga Sudan Berserakan di Kebon Sirih

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Penulis: Ajeng Dinar Ulfiana
8/7/2019, 08.00 WIB

Perang saudara dan sejumlah konflik di sejumlah negara membawa sebagian warganya meninggalkan tanah kelahirannya. Mereka menyebar ke penjuru dunia, terutama menuju negara yang menyediakan suaka, seperti Australia.  

Indonesia menjadi salah satu negara transit para pengungsi lintas negara tersebut, walau sebagian di antara mereka malah hendak tetap bermukim di sini. Mereka seperti warga Afghanistan, Somalia, dan Sudan yang pekan lalu mendirikan tenda-tenda berteduh di trotoar depan Menara Ravindo, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Para pengungsi itu ingin mendapatkan kepastian berlindung dari Komisi PBB untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), yang berkantor di Menara Ravindo. Mereka pindah ke sana karena sudah tidak diizinkan tinggal di tempat lama, Rumah Detensi Kalideres.

Menurut laporan tahunan Global Trens UNHCR, sekitar 70,8 juta orang mencari suaka pada tahun lalu, lebih banyak 2,3 juta dari 2017. Dari jumlah tersebut, sekitar 14.000 pengungsi terdaftar di Indonesia. Mereka pada umumnya berasal dari Sudan,  Myanmar,  Somalia, dan terbanyak dari Afghanistan.  

Kasubag Humas Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham, Sam Fernando menyatakan bahwa pihak yang bertanggung jawab terhadap pengungsi dari negara asing yakni UNHCR. Ditjen Imigrasi bertugas memantau terhadap mereka karena statusnya sebagai warga negara asing.