Foto: Mal Rongsok Depok, Mengubah Limbah Menjadi Rupiah

Muhammad Zaenuddin|Katadata
20/9/2021, 15.35 WIB

Riuh klakson kendaraan yang terjebak kemacetan di Jalan Bungur Raya, Beji, Depok tak memecah konsentrasi pengunjung yang asik memilah barang-barang rongsokan. Pajangan itu dibalut plastik bening, diikat tali, dan dijajarkan bak kelelawar memenuhi langit-langit Mal Rongsok di Depok, Jawa Barat.

Di toko milik Nurcholis Agi, terdapat ribuan jenis barang rongsok, mulai perabotan, elektornik, furnitur, hingga sepeda motor. Dia mendapatkannya dari mengikuti lelang restoran dan perkantoran di Jakarta. Berawal dari hobi, kini Agi meraup untung hingga puluhan juta rupiah dari berjualan limbah perkantoran itu.

Jumlah limbah perkantoran setiap tahun memang terus meningkat. Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menunjukkan, limbah eletronik pada Februari sampai Oktober 2020 mencapai 22,6 ton.

Bagi Agi, lautan limbah ini malah menjadi peluang usaha. Dia bisa mengurangi sampah elektronik maupun perkantoran dengan mengolah dan mereparasi kemudian menjualnya. “Dari situ saya mencoba mencari untung dengan memperbaikinya kembali,” kata Agi, Jumat 17 September 2021.

Namun selama pandemi Covid-19, bisnis UMKM terpukul cukup keras, termasuk usaha Agi. Dia pun melakukan berbagai cara agar dapat bertahan, misalnya memaksimalkan penggunaan digital dalam pemasaran.

“Lumayan rugi selama masa pandemi. Karena itu saya menggunakan berbagai macam aplikasi seperti Tokopedia dan Instagram,” ujarnya. “Karena pasarnya tidak hanya dari wilayah sekitar, sudah sampai luar Pulau Jawa, bahkan luar negeri.”

Dengan digitalisasi UMKM, usaha Agi mengalami kemajuan, seperti dalam hal kepraktisan bertransaksi. Apalagi saat pemberlakuan PPKM yang membatasi pergerakan masyarakat. “Pembeli enggan berkunjung langsung dan merasa lebih aman bertransaksi menggunakan aplikasi dari rumah,” kata Agi.

Liony, salah satu pengunjung, mengatakan sengaja datang karena banyak barang-barang unik dan langka tersedia dengan harga miring. “Banyak suku cadang yang langka tapi di sini ada barangnya,” ujar Liony. “Mesti harus bongkar-bongkar tumpukan barang dan banyak debu, kami rela aja sih ngobok-ngobok tumpukkan barang rongsok, Biasanya yang dicari barangnya tersembunyi.”