Jika ingin melihat hewan asli Kalimantan selain orangutan, datanglah ke Kota Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara). Di sana ada bekantan (Nasalis larvatus), monyet berhidung panjang, besar, dan menggantung yang menghuni hutan mangrove di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) seluas 22 hektare .
Selain hidung panjang sebagai ciri khasnya, bekantan atau yang kerap disebut monyet belanda, bekara atau warek belanda itu juga punya ciri khas rambut tubuh yang pucat abu, hingga kekuningan dengan muka coklat, punggung berwarna coklat kemerahan dan ekor panjang berwarna putih keabuan.
Tak perlu merogoh kocek yang mahal untuk melihat hewan endemik asli Kalimantan tersebut. Pengunjung cukup membayar Rp5.000 untuk sekali masuk ke dalam ekosistem hutan bakau atau mangrove, habitatnya bekantan. Harga tiket yang murah itu membuat kawasan tersebut ramai dikunjungi wisatawan, dari anak-anak hingga orang tua. Tempat ini juga sangat cocok untuk wisata edukasi.
Di KKMB, bekantan hidup secara berkelompok dengan jumlah anggota per kelompoknya sekitar 45 ekor. Primata tersebut juga memliki sifat yang berbeda dengan jenis primata lainnya. Bekantan bukan termasuk monyet yang agresif sehingga membuat wisatawan yang berkunjung di kawasan itu merasa nyaman untuk melihatnya langsung di habitatnya.
KKMB yang dihuni bekantan menjadi salah satu lokasi tujuan wisata di Kaltara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Utara, per Juni 2023 jumlah wisatawan yang berkunjung ke provinsi itu mencapai 26.762 orang dengan 543 unit kedatangan pesawat. Besarnya potensi pariwisata di Tanah Benuanta itu tentu perlu dikelola dan dikembangkan sehingga bukan hanya dapat mendongkrak ekonomi setempat, tetapi juga untuk menyambut dibangunnya Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sejalan dengan hal itu, maka kampanye Gerakan Nasional Bangga Berwisata di Indonesia Aja (Gernas BBWI) dan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) diharapkan bisa menjadi ajang bagi Provinsi Kalimantan Utara untuk dapat terus menggelorakan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif demi pertumbuhan ekonomi yang lebih masif dan berkelanjutan. Sehingga diharapkan Provinsi Kaltara juga akan mampu menyumbang minimal 1,4 juta perjalanan dari target 1,2-1,4 miliar pergerakan wisatawan Nusantara (wisnus) sepanjang 2023 sebagaimana yang ditargetkan oleh Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Seorang wisatawan melintas di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan, Kalimantan Utara.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Seorang wisatawan melintas di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan, Kalimantan Utara.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Dua ekor bekantan (Nasalis larvatus) terlihat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan, Kalimantan Utara. Di KKMB, bekantan hidup secara berkelompok dengan jumlah populasi sekitar 45 ekor. Primata tersebut juga memliki sifat yang berbeda dengan jenis primata lainnya. Bekantan bukan termasuk monyet yang agresif sehingga membuat wisatawan yang berkunjung di kawasan itu merasa nyaman untuk melihatnya langsung di habitatnya.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Sejumlah bekantan (Nasalis larvatus) menikmati di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan, Kalimantan Utara. Di KKMB, bekantan hidup secara berkelompok dengan jumlah populasi sekitar 45 ekor. Primata tersebut juga memliki sifat yang berbeda dengan jenis primata lainnya. Bekantan bukan termasuk monyet yang agresif sehingga membuat wisatawan yang berkunjung di kawasan itu merasa nyaman untuk melihatnya langsung di habitatnya.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Wisatawan melintas di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan, Kalimantan Utara. Di KKMB, bekantan hidup secara berkelompok dengan jumlah populasi sekitar 45 ekor. Primata tersebut juga memliki sifat yang berbeda dengan jenis primata lainnya. Bekantan bukan termasuk monyet yang agresif sehingga membuat wisatawan yang berkunjung di kawasan itu merasa nyaman untuk melihatnya langsung di habitatnya.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Seekor bekantan (Nasalis larvatus) terlihat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan, Kalimantan Utara. Di KKMB, bekantan hidup secara berkelompok dengan jumlah populasi sekitar 45 ekor. Primata tersebut juga memliki sifat yang berbeda dengan jenis primata lainnya. Bekantan bukan termasuk monyet yang agresif sehingga membuat wisatawan yang berkunjung di kawasan itu merasa nyaman untuk melihatnya langsung di habitatnya.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Wisatawan melintas di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan, Kalimantan Utara.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Wisatawan mengabadikan sebuah momen di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan, Kalimantan Utara. Di KKMB, bekantan hidup secara berkelompok dengan jumlah populasi sekitar 45 ekor.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Seekor bekantan (Nasalis larvatus) terlihat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan, Kalimantan Utara. Di KKMB, bekantan hidup secara berkelompok dengan jumlah populasi sekitar 45 ekor. Primata tersebut juga memliki sifat yang berbeda dengan jenis primata lainnya. Bekantan bukan termasuk monyet yang agresif sehingga membuat wisatawan yang berkunjung di kawasan itu merasa nyaman untuk melihatnya langsung di habitatnya.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Cendaramata bekantan (Nasalis larvatus) dijualdi Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Tarakan, Kalimantan Utara. Di KKMB, bekantan hidup secara berkelompok dengan jumlah populasi sekitar 45 ekor. Primata tersebut juga memliki sifat yang berbeda dengan jenis primata lainnya. Bekantan bukan termasuk monyet yang agresif sehingga membuat wisatawan yang berkunjung di kawasan itu merasa nyaman untuk melihatnya langsung di habitatnya.