Apakah Berinvestasi Real Estate Virtual di Metaverse Ide Gila?

Katadata
Penulis: Theo Tzanidis
17/1/2022, 14.38 WIB

Masa Depan Real Estate di Metaverse

Apa yang dilakukan oleh perusahaan dan individu dengan tanah digital yang mereka beli kerap memunculkan rasa penasaran.

Sebagai contoh, Metaverse Group membeli tanah di kawasan fashion di Decentraland. Lahan tersebut konon akan digunakan untuk menyelenggarakan acara fashion dan menjual pakaian untuk para avatar. Dengan kata lain, area ini potensial untuk pertumbuhan bisnis dalam metaverse.

Walaupun ruang maya ini masih didominasi investor dan perusahaan, tidak semua real estate di metaverse harus membuat pengguna mengeluarkan jutaan dolar.

Pertanyaannya, apa manfaat dari memiliki lahan virtual? Jika dibandingkan, properti fisik di dunia nyata membawa keuntungan yang kasat mata: tempat untuk tinggal, untuk dibanggakan, untuk menyambut keluarga dan teman.

Namun, walaupun properti virtual tidak dapat menyediakan tempat berlindung secara fisik, ada fungsi paralel yang dapat ditemukan di dunia nyata. Dalam transaksi real estate virtual, pengguna dapat membeli tanah untuk dibangun atau membeli rumah yang telah tersedia sesuai selera masing-masing. Para pemilik properti digital ini juga dapat melakukan personalisasi propertinya dengan menghiasnya dengan berbagai obyek digital. Pengguna juga dapat mengundang pengunjung ataupun mengunjungi rumah lain.

Visi ini memang masih terlihat jauh. Namun, walaupun terdengar mustahil, kita harus ingat bahwa ada masanya ketika masyarakat meragukan potensi signifikansi internet dan juga media sosial.

Pakar teknologi memprediksi bahwa pada tahun-tahun mendatang, metaverse akan berevolusi menjadi ekonomi yang berfungsi secara penuh, dan memberikan pengalaman digital tersinkronisasi dalam kehidupan kita seperti email dan jejaring sosial yang ada sekarang.

Metaverse adalah fantasi yang menjadi kenyataan bagi seseorang yang dulunya gemar bermain game. Beberapa tahun yang lalu, kesadaran saya yang masih lebih muda mendorong saya berhenti membuang-buang waktu bermain game; untuk kembali belajar dan fokus pada kehidupan “nyata”.

Namun, jauh dalam nurani saya, saya berharap bahwa dunia game dapat saling melengkapi dengan dunia nyata, seperti dalam film Real Player One. Sekarang, saya merasa impian ini makin dekat dengan kenyataan.

Halaman:
Theo Tzanidis

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.