Pendidikan Vokasi dan Tantangan Dunia Kerja di Masa Depan

Katadata/ Bintan Insani
Penulis: Tatang Muttaqin
14/1/2025, 09.56 WIB

Pendidikan vokasi adalah kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia agar lebih kompetitif dan siap langsung terjun ke dunia kerja, baik di dalam negeri maupun internasional. Pendidikan vokasi yang berkualitas menjadi kebutuhan mendesak untuk memastikan SDM yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan industri, khususnya dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah era revolusi industri 4.0.

Jika kita melihat dinamika sektor pekerjaan saat ini, kebutuhan tenaga kerja berubah dengan cepat. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dalam “World Employment and Social Outlook: Trends 2024” mencatat pertumbuhan berbagai bentuk pekerjaan, termasuk pekerja informal seperti gig worker, yang didorong oleh perkembangan teknologi yang pesat dan dinamis.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terus berkembang ini, pendidikan vokasi harus mampu beradaptasi dan menawarkan kualitas yang sejalan dengan kebutuhan dunia industri. Pencapaian ini tidak lepas dari peran tenaga pendidik vokasi—guru, dosen, dan tenaga pengajar lainnya—yang menjadi garda terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi. Tenaga pendidik yang kompeten dan berkualitas adalah elemen penting dalam mencetak generasi penerus yang mampu bersaing di tingkat nasional dan global.

Selain memiliki tanggung jawab yang besar, tenaga pendidik vokasi juga berperan sebagai arsitek dalam mencetak lulusan vokasi untuk siap terjun ke dunia kerja. Mereka tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan teori, tetapi juga melatih peserta didik untuk menguasai dan meningkatkan keterampilan hardskill yang relevan dengan kebutuhan industri. Bahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah menaruh fokus dalam peran penting tenaga pendidikan pada sektor pendidikan, yaitu pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) nomor 4, dalam mencapai pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata. 

Dengan memiliki peran tersebut, tenaga pendidik vokasi terus berusaha dalam meningkatkan keterampilan peserta didik melalui berbagai kegiatan. Misalnya, kunjungan industri, magang, dan kerja sama dengan perusahaan. Melalui kegiatan tersebut, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan membangun jaringan yang luas. 

Selain itu, tenaga pendidik vokasi juga berperan sebagai panutan yang diharapkan mampu menginspirasi peserta didik untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang aktif, memanfaatkan teknologi, serta membina soft skills seperti komunikasi efektif dan kemampuan problem-solving, para pendidik membantu menciptakan lulusan yang tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga memiliki sikap profesionalisme yang tinggi. Pendekatan ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia kerja dengan kompetensi yang lengkap, baik dari segi keterampilan teknis maupun karakter.

Namun, terdapat beragam tantangan dalam kebutuhan tenaga pendidik secara global maupun di Indonesia. Dalam laporan “Addressing Teacher Shortages and Transforming the Profession“ dari UNESCO, dunia saat ini membutuhkan sekitar 44 juta guru baru – sekolah dasar hingga menengah, sampai 2030 nanti. Kebutuhan yang sangat tinggi ini didorong dari adanya kebutuhan mengisi guru baru dan juga mengganti guru yang sudah pensiun, maupun pindah profesi. 

Situasi serupa juga terjadi di Indonesia. Kekurangan tenaga pendidik, khususnya guru, masih menjadi masalah serius, terutama di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan data, hingga 2029, Indonesia membutuhkan lebih dari 350.000 guru SMK tambahan untuk mencukupi kebutuhan jumlah peserta didik vokasi. Di perguruan tinggi, dari total 316.912 dosen, jumlah dosen politeknik yang berfokus pada pendidikan vokasi masih relatif rendah, yakni hanya 52.745 orang. Angka ini menunjukkan kesenjangan yang signifikan antara jumlah tenaga pendidik yang ada dengan kebutuhan yang sesungguhnya di Indonesia.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekurangan tenaga pendidik vokasi ini. Salah satunya adalah tingginya angka pensiun tenaga pendidik vokasi, khususnya guru SMK, dalam waktu bersamaan. Namun, penerimaan guru SMK baru belum mampu menggantikan jumlah tenaga pengajar yang pensiun tersebut. Selain itu, minat masyarakat untuk menjadi guru SMK juga cenderung rendah, yang menambah tantangan besar bagi pemerintah dalam mengatasi kekurangan tenaga pendidik vokasi.

Kompetensi tenaga pendidik vokasi juga menjadi tantangan besar. Banyak pendaftar dosen politeknik yang kompetensinya belum sesuai dengan kebutuhan kurikulum dan dunia industri.

Pemerintah mengadakan program upskilling dan reskilling bagi guru SMK dan dosen politeknik, termasuk pelatihan Training of Trainers (ToT) on French Cooking for Vocational Culinary Teaching. Program ini, yang melibatkan kolaborasi dengan Pemerintah Prancis, memberikan pelatihan memasak internasional kepada 48 peserta yang terdiri dari guru, dosen, dan chef profesional.

Selain itu, pelatihan ini juga memungkinkan peserta didik vokasi mendapatkan sertifikasi resmi Prancis, “Certificat d'Aptitude Professionnelle” (CAP), yang diakui secara internasional. Sertifikasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan dan mendukung perkembangan pendidikan vokasi di Indonesia.

Sebanyak 12.155 pendidik dan tenaga kependidikan vokasi telah mengikuti program upskilling dan reskilling yang sesuai dengan standar keterampilan industri. Selain itu, 2.545 guru SMK juga telah mendapatkan pelatihan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan industri.

Kolaborasi antara pendidikan vokasi dan dunia usaha serta industri juga telah berjalan. Contohnya, SMK PIKA di Semarang, Jawa Tengah, memberikan kesempatan kepada para guru untuk berdiskusi dan bekerja langsung di industri mitra sekolah. Langkah ini membantu peserta didik vokasi memahami tren industri saat ini dan masa depan.

Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) juga menjalin kerja sama erat dengan pelaku industri. PNJ bekerja sama dengan PT LiuGong China dan Liuzhou Vocational & Technical College (LVTC) dalam mendirikan Customer Experience Center (CEC). Kerja sama ini juga memberikan peluang bagi dosen politeknik teknik alat berat untuk meningkatkan kompetensi mereka.

Kemitraan ini menjadi kunci dalam mempersiapkan lulusan yang siap kerja. Dengan sinergi antara kebijakan pemerintah, program pelatihan yang terstruktur, dan kemitraan industri, diharapkan kualitas pendidikan vokasi di Indonesia terus meningkat sehingga lulusan dapat bersaing di pasar kerja global.

Selain itu, penting juga memastikan bahwa seluruh dosen memiliki akses yang setara terhadap peluang pengembangan profesional. Dengan demikian, sistem pendidikan vokasi yang relevan, inklusif, dan mampu menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia kerja dapat terwujud.

Tatang Muttaqin
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Republik Indonesia

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.