Tokyo Motor Show, Jendela Masa Depan

Katadata/Metta Dharmasaputra
Toyota e-Racer. Prototipe statis mobil balap masa depan keluaran Toyota ini dipamerkan di ajang Tokyo Motor Show 2019 yang digelar di Tokyo Big Sight sejak 24 Oktober hingga 4 November mendatang.
Editor: Redaksi
30/10/2019, 07.50 WIB

DIKENDARAI seorang nona jelita, sebuah mobil sport futuristik hitam melesat menembus waktu. Gambaran kota kuno Edo bertahun 1830 di layar lebar dengan cepat ditinggalkannya menuju abad 21. Ia menyongsong hadirnya masa depan di tahun 20XX.

Tepuk tangan riuh ketika si nona berbaju balap futuristik itu keluar dari mobilnya. Lensa dan blits kamera segera menyambarnya.

Penonton pun berdecak kagum melihat e-Racer. Prototipe statis mobil balap masa depan keluaran Toyota ini dipamerkan di ajang Tokyo Motor Show 2019 yang digelar di Tokyo Big Sight sejak 24 Oktober hingga 4 November mendatang.

Tokyo dulunya memang bernama Edo. Kota metropolis yang merupakan salah satu dari 47 prefektur di Jepang ini menjadi ibu kota Negeri Sakura sejak 1869.

Di sinilah tempat kaisar Naruhito bertahta, yang ritual penobatannya baru dilangsungkan pada 22 Oktober lalu. Ia menggantikan sang ayah Akihito, yang kini berusia 85 tahun.

Ilustrasi Edo tampaknya dipakai Toyota untuk menyampaikan pesan bahwa e-Racer akan menjadi penanda hadirnya era baru otomotif Jepang di abad 21 ini.

Zaman Edo (1603-1867) di masa Keshogunan Tokugawa pun dulunya menandai kelahiran Jepang moderen. Era sebelum kota ini akhirnya berganti nama menjadi Tokyo, setelah Kaisar Meiji menjadikannya sebagai ibu kota dan memindahkan tahtanya dari Kyoto pada 1868.

Ajang Pameran Terbesar 

Tokyo Motor Show 2019 (Katadata/Metta Dharmasaputra) 
 

Tokyo Motor Show merupakan salah satu dari lima ajang pameran otomotif terbesar di dunia, selain Detroit, Jenewa, Frankfurt, dan Paris. Pameran ini yang ke-46 kalinya digelar, sejak diadakan pertama kali pada 1954 di Hibiya Park, Tokyo.

Ketika ajang ini digelar pertama kali, mobil masih merupakan barang super mahal dan tak terjangkau bagi kebanyakan masyarakat Jepang. Karena itu, hanya kulkas, mesin cuci, dan mesin sedot pembersih atau vacuum cleaner  yang diidam-idamkan untuk bisa dibeli sebagai simbol status masyarakat Jepang.

Dengan kata lain, memiliki mobil hanyalah sebuah mimpi bagi konsumen Jepang. Tapi, di sisi lain, kalangan otomotif berhasrat untuk mengembangkan industri ini dan membangun mobil buatan Jepang. Atas dasar niat kuat itulah, maka Tokyo Motor Show pertama digelar pada 1954.

Ini berarti hanya butuh waktu sembilan tahun atau kurang dari satu dasawarsa bagi Jepang untuk bangkit, setelah negeri ini luluh lantak dibom tentara sekutu pada Perang Dunia II. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 254 perusahaan Jepang meramaikan ajang ini. Menampilkan 267 kendaraan bermotor, termasuk 17 mobil penumpang.

Sejak itu, Tokyo Motor Show selalu hadir tanpa putus. Awalnya, ajang internasional yang diinisiasi oleh Asosiasi Manufaktur Otomotif Jepang atau Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA) ini diadakan setiap tahun. Namun, setelah penyelenggaraan yang ke-20 pada 1973, pameran diadakan dua tahun sekali.

(Baca: IEMS 2019, Pameran Kendaraan Listrik Pertama Segera Digelar)

Tempat penyelenggaraan pun sudah beberapa kali dipindah. Sebelumnya diadakan di Makuhari Messe, Chiba. Namun, sejak 2011 dipindah ke Tokyo Big Sight, Odaiba. Di ajang inilah beragam konsep mobil, sepeda motor, dan kendaraan komersial masa depan disajikan.

Sejalan dengan itu, untuk tahun ini, Tokyo Motor Show mengambil tema “Open Future”. Sebanyak 192 korporasi dan kelompok usaha dari beragam industri yang berasal dari delapan negara ambil bagian.

Berangkat dari tema itu, para pengunjung pun dibawa ke masa depan. Beragam inovasi teknologi disajikan, yang pada dasarnya untuk memberi kemudahan bagi mobilitas masyarakat. The future mobility society.

Era Otomasi dan Berbagi

Untuk menjawab tantangan tersebut, ke depan Toyota tampaknya memang bergerak menuju perusahaan mobilitas. Kendaraan pun dirancang tidak sekadar untuk memindahkan manusia dari satu titik ke titik lainnya. Tapi juga memberikan nilai lebih berupa pengalaman unik dan personal bagi penggunanya.

Presiden Direktur Toyota-Astra Motor Yoshihiro Nakata, Wakil Presiden Direktur TAM dan Direktur Astra Internasional Henry Tanoto, dan Chief of Corporate Affairs Pongki Pamungkas bersama prototipe mobil e-Racer di ajang Toyota Motor Show 2019. (Katadata/Metta Dharmasaputra)
 

 Wujud moda transportasi yang akan menjadi tren pun bergeser ke kendaraan eletrifikasi (electrified vehicle), kendaraan mobilitas (mobility vehicle), kendaraan otonom (autonomous vehicle), dan kendaraan yang bisa dipakai bersama (ride sharing vehicle). Bahkan gabungan antara seluruh jenis moda tersebut.

Karena itulah, pengembangan produk mobilitas dengan berfokus pada teknologi autonomous dipilih Toyota sebagai strategi pengembangan produknya di masa depan.

"Membawa kegembiraan dan kebebasan bergerak untuk semua adalah bentuk dari masyarakat mobilitas masa depan yang kita impikan bersama,” ujar Akio Toyoda, Presiden Toyota Motor Corporation. “Kami akan terus menciptakan produk mobilitas yang memiliki nilai dan disukai.”

Dalam konteks itu, Toyota yang mengambil porsi terbesar di ajang ini, sepertinya unjuk gigi memamerkan sejumlah produk dan inovasi terbarunya. E-Racer salah satunya, yang diperkenalkan langsung oleh Akio Toyoda.

Penampilannya yang futuristik bak magnet bagi pengunjung. Mobil listrik yang dirancang hanya dengan dua dudukan penumpang dan dilengkapi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) ini mengusung konsep fun-to-drive.

Meski mobil ini akan dapat bergerak otonom dan bersifat ride-sharing, “Fokus kami tetap pada upaya memberikan kenyamanan dan pengalaman personal,” kata Yoshihiro Nakata, Presiden Direktur Toyota-Astra Motor, ketika ditemui di hari pertama pameran.

Belum bisa dipastikan, kapan mobil ini akan diproduksi. Yang dipamerkan barulah sebatas prototipe statis. Meski begitu, para pengunjung pameran bisa melakukan simulasi untuk merasakan sensasi berkendaraan menggunakan Toyota e-Racer ini melalui teknologi virtual reality yang disiapkan.

Proyek mobil ride sharing atau car sharing, sesungguhnya sudah cukup lama dikembangkan Toyota. Bahkan sebuah uji coba sudah diterapkan di Bangkok, dalam proyek kerjasama implementasi Ha:mo dengan Chulalongkorn University.

Ha:mo adalah mobil listrik ultra-compact dengan sistem berbagi antar-pengendara, yang dioperasikan sebatas di lingkungan kampus sejak akhir 2017. Sistem car-sharing ini pertama kali diluncurkan pada 2012 di Toyota City, serta sudah diimplementasikan di sejumlah kota utama dan areal turisme, seperti Tokyo, Okinawa, Okayama dan Grenoble (Prancis).

(Baca: Esemka Mirip Mobil Tiongkok, Menperin: Yang Penting Produksi Lokal)

Kendaraan Olimpiade 2020

Dalam sebuah perbincangan, Pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya, menceritakan kekagumannya pada sosok visioner Masayoshi Son. Diceritakannya, bagaimana pengusaha Jepang dan pendiri Softbank, yang tak lain investor Alibaba dan juga Tokopedia ini, punya visi sangat jauh ke depan.

Ada ucapan Masayoshi yang membekas betul di ingatan William ketika mereka bertemu. “Suatu saat, mobil-mobil di jalan raya akan bergerak secara otomatis. Orang hanya boleh membawa kendaraan di tempat-tempat tertentu. Yang membawa kendaraan di jalan, bisa jadi akan ditangkap, seperti orang mengendarai kuda di jalanan sekarang,” ujarnya menceritakan kembali obrolannya dengan Masayoshi.

Bayangan masa depan itu tampaknya tak akan jauh lagi. Setidaknya ini yang akan mulai terjadi di ajang Olimpiade 2020 di Jepang. Toyota telah menyiapkan sejumlah produk otomotifnya yang akan dijalankan secara otomatis di perhelatan akbar ini. Tak hanya itu, kendaraan ini pun ramah lingkungan dan dibekali kecerdasan buatan (AI).

E-Palette adalah satu produk yang siap dioperasikan di ajang Olympic dan Paralympic Tokyo 2020. Kendaraan elektrifikasi yang berjalan secara otonom ini nantinya dipakai bersama-sama di seputar venue olimpiade, sebagai sarana mobilitas pengunjung, staf, dan peserta.

Tokyo Motor Show 2019 (Katadata/Metta Dharmasaputra)

 Minibus berkecepatan maksimal 19 km/jam ini bisa menampung 20 orang penumpang, dan ramah terhadap pengguna kursi roda. Kendaraan otonom ini pun dapat berkomunikasi dengan orang di sekitarnya via lampu LED di depan. Sebagai mobil otonom, e-Palette sudah mencapai level 4 dari 5. Artinya, sudah mampu bergerak sendiri tanpa campur tangan manusia.

Adapula mobil Toyota LQ yang akan beroperasi secara terbatas di Olympic-Paralympic Tokyo 2020. Mobil ini mengandalkan teknologi AI yang diberi nama Agent Yui. Dengan teknologi canggih itu, mobil ini dapat merekam kondisi emosional dan kesadaran pengemudi. Juga dapat berkomunikasi secara interaktif.

Selain sudah bisa berjalan sendiri secara otomatis, LQ juga bisa mencari sendiri spot parkir khusus untuknya di area publik. Ini tentu amat memudahkan pengguna dengan keterbatasan seperti kaum disabilitas, lanjut usia, dan wanita hamil.

Sementara itu, dalam menjawab tantangan mobil ramah lingkungan, Toyota kali ini memperkenalkan konsep generasi kedua Mirai. Mobil ini masuk dalam klaster kendaraan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV), karena menggunakan gas hidrogen sebagai sumber tenaga penggerak dan hanya menghasilkan emisi gas buang berupa air.

Beragam produk kendaraan ramah lingkungan memang terus digenjot produsen otomotif Jepang ini seiring dengan inisiatif Toyota Environmental Challenge 2050. Dalam hal ini, Toyota menargetkan akan menurunkan emisi gas buang kendaraan yang diproduksi pada 2050 hingga 90 persen dari level emisi di tahun 2010.

Untuk mencapai target itu, Toyota mengembangkan dan memproduksi Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV), dan Battery Electric Vehicle (BEV).

Robot Pelayan

Tokyo Motor Show 2019 (Katadata/Metta Dharmasaputra)

 Tak hanya kendaraan masa depan, Toyota juga di ajang ini memperkenalkan robot yang bertugas untuk mendukung mobilitas manusia, baik untuk para atlet maupun pihak yang mengalami keterbatasan gerak.

Dengan program AI, Field Support Robot (FSR) akan bertugas membantu staf di arena Olympic dan Paralympic Tokyo 2020. Bersama petugas lapangan, robot ini akan mengambil obyek yang dilempar di cabang atletik seperti lembing dan cakram.

Ada pula Human Support Robot (HSR) yang didesain untuk membantu melayani orang sakit, kaum disabilitas, dan para lanjut usia yang mengalami keterbatasan gerak. Misalnya, membawa gelas air ataupun membantu mengatur pola hidup pasien. HSR bekerja memanfaatkan kamera, mikrofon, dan beragam sensor yang didukung oleh teknologi AI.

Untuk kebutuhan peningkatan prestasi atlet, sebuah robot pun khusus diciptakan. Contohnya CUE 3, robot berbekal kecerdasan buatan yang mampu bermain basket dan nantinya dapat memberikan dukungan teknis kepada atlet untuk meningkatkan performanya. Robot ini pun rencananya dijadikan maskot olimpiade.