Ancaman Besar Ledakan Virus Corona dari Mudik Lebaran

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Kendaraan pemudik terjebak macet di Tol Cikampek, Jawa Barat, Jumat (7/6/2019). Pada H+2 lebaran, Tol Cikampek mulai dipadati kendaraan pemudik yang akan kembali ke Jakarta.
Penulis: Muchamad Nafi
28/3/2020, 09.00 WIB

Sepekan ini pejabat teras pemerintah pusat berpikir keras untuk menentukan perlukah melarang mudik saat Lebaran pada Mei nanti. Ganasnya penyebaran virus corona menjadi arus utama pembahasan, terutama dalam beberapa rapat di Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi.

Saat memimpin rapat Senin kemarin, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyuarakan kebijakan “Tidak Mudik, Tidak Piknik Lebaran 2020”. Rencana ini sebagai ikhtiar dalam memutus mata rantai penularan pandemi Covid-19.

“Semua demi keselamatan dan keamanan bagi para pemudik, juga untuk seluruh masyarakat,” kata Luhut. Tapi itu belum kata final. “Segala kebijakan ini menunggu keputusan dari Ratas Kabinet yang akan dipimpin Bapak Presiden.”

Namun hingga kemarin belum terdengar keputusan akhir dari istana.

Padahal beberapa kementerian merekomendasikan larangan hajatan balik kampung. Kementerian Perhubungan, misalnya, mengusulkan secara formal larangan mudik. “Sebenarnya memang akan melarang, tapi butuh persetujuan dari rapat terbatas,” kata Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Komunikasi Adita Irawati dalam video conference di Jakarta, Jumat kemarin (27/3).

(Baca: Pemerintah Minta Masyarakat Tunda Mudik Lebaran untuk Cegah Corona)

Menurut Adita, rekomendasi tersebut didasarkan pada data penyebaran virus corona di sejumlah daerah di Pulau Jawa. Saat ini sudah ada warga Jabodetabek yang curi start menyusul wacana larangan mudik. Padahal Ibu Kota Jakarta merupakan episentrum virus corona di Tanah Air.

Akibatnya, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) di sejumlah daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah meningkatkan. Sebagai contoh, kata Adita, terjadi di Kabupaten Sumedang. Kementeriannya pun merekomendasikan larangan mudik karena potensi penyebaran virus corona sangat luas. “Dan menambah zona merah di zona tujuan mudik. Kami dengan tegas merekomendasikan untuk melarang,” ujarnya.

Jumlah ODP di Sumedang memang makin tinggi pekan ini. Hingga Kamis kemarin, seperti terlihat dalam grafik Databoks di bawah ini, jumlah orang yang berpotensi terpapar Covid-19 di kabupaten ini yang paling banyak di luar Depok, Bekasi, dan Bandung.

Di Jawa Timur sebarannya juga makin masif, mulai dari yang berstatus ODP, pasien dalam pengawasan (PDP), dan yang positif terjangkit Covid-19. PDP merupakan pasien yang mempunyai riwayat bertemu dengan orang yang positif virus corona dan menunjukkan gejala sakit serius. Perhatikan grafik di bawah:

Hingga saat ini, kata Staf Khusus Menko Maritim dan Investasi Bidang Kelembagaan dan Media Jodi Mahardi, dalam beberapa kali rapat sudah ada tiga skenario mudik Lebaran 2020. Pertama, mudik seperti biasa; kedua, meniadakan program mudik gratis; terakhir melarang mudik. Ketiga skenario itu yang akan dilaporkan kepada Presiden Jokowi.

(Baca: Pandemi Corona Menjalar ke Negara Miskin, Risiko Lebih Besar Mengintai)

Walau demikian, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sedang mempertimbangkan opsi tak mengizinkan pulang kampung. “Hal yang paling utama adalah menjaga keselamatan masyarakat. Dengan pertimbangan ini, kami mempertimbangkan serius opsi pelarangan mudik,” kata Jodi, Selasa kemarin.

Potensi Besar Penyebaran Virus Corona

Sepekan setelah Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama positif virus corona pada 2 Maret lalu, jumlah orang yang terinfeksi terus membesar. Dalam pekan ini pertambahannya selalu puluhan, malah tiga hari terakhir di atas seratus.

Bahkan, Jumat kemarin 153 orang dilaporkan positif terinfeksi virus yang pertama kali merebak pada Desember 2019 di Kota Wuhan, Hubei, Cina itu. Dengan tambahan tersebut, total orang yang terkena Covid-19 di dalam negeri 1.046 kasus. Dari jumlah itu, 46 orang dinyatakan sembuh. Namun, yang memprihatinkan, 87 orang meninggal. Sisanya masih dirawat di rumah sakit. Simak grafik di bawah ini:

Kini, pemerintah tak menjelaskan dari klaster mana saja orang-orang yang terinfeksi itu seperti pada pekan-pekan pertama kasus ini muncul di Tanah Air. Namun kemarin Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil meminta Kepala Polda Jabar Inspektur Jenderal Rudy Sufahriadi untuk menyelidiki empat klaster penyebaran virus corona di wilayahnya.

Keempat klaster yang diduga jadi sumber merebaknya penyakit ini yaitu seminar Anti Riba di Bogor, seminar Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) di Hotel Aston, Bogor; Seminar GBI di Lembang, Bandung; dan Musyawarah Pimpinan Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Barat di Kabupaten Karawang.

Dari empat kegiatan tersebut virus ini menyebar ke penjuru Tanah Air. Dua orang positif di Solo: pasien 50 dan 49. Berbeda sepekan, keduanya meninggal. Yang lain ada di Samarindan dan Balikpapan, Kalimantan Timur; Batam, dan Lampung.

Dari keempat acara dengan peserta ratusan itu saja virus corona bisa menjalar luas. Ancaman begitu dahsyat tentu akan datang ketika terjadi gelombang massa pada Lebaran nanti, terutama pergerakan dari Jakarta. Dari total 1.046 kasus, separuh lebih yakni 524 berada di Ibu Kota.

Bila mengacu pada tahun lalu, hingga sehari menjelang Idul Fitri, 7,2 juta orang mudik. Angka ini memang sedikit menurun dibandingkan 2018 yang mencapai 8,02 juta orang. Para pemudik ini melakukan perjalanan dari Jakarta ke daerah asalnya di Jawa atau Sumatera. Lihat data berikut ini:

Jumlah tersebut belum menghitung migrasi dari daerah-daerah penyangga Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Melihat pergerakan tersebut, para pejabat di Jawa Tengah perlu lebih waspada.

Survei Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, Kementerian Perhubungan menunjukkan, provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo ini menjadi daerah tujuan terbanyak pemudik dari Jabodetabek, yakni 5,61 juta orang (37,68%). Kota yang menjadi tujuan utama yaitu Surakarta, (642,7 ribu), Semarang (563,8 ribu), dan Tegal (354,1 ribu).

Sementara mereka yang ke Jawa Barat dan Jawa Timur menjadi tujuan berikutnya dengan jumlah pemudik dari Jabodetabek ke daerah tersebut masing-masing 3,71 juta (24,89%) dan 1,66 juta (11,14%).

Halaman selanjutnya: Neraca Minus Kemaslahatan Mudik di Tengah Virus Corona yang Mengganas

Halaman:
Reporter: Antara