LIPUTAN KHUSUS | Pandemi Dalam Angka

Penguatan sistem harus dilakukan secara terus-menerus. Jangan mengulang masa lalu. Dulu pas ada flu burung, ada Komnas Flu Burung tetapi bubar juga. Penguatan sistem ini harus dilakukan dan penting.

Kalau mau aman, kita harus lihat kesiapan masyarakat dalam beradaptasi. Perilaku yang menjauhi kerumunan dan lain-lain harus dijaga. Adaptasi terkait lingkungan kerja, misalnya, bagaimana mengubah ventilasi udara di kantor itu penting sekali.

Kita harus sadari bahwa pemulihan harus bertahap. Dorongan pelonggaran ini harus dilakukan secara terukur sistematis dan berbasis sains bukan pada ekonomi, politik, atau sosial.

Setelah Alpha, Delta, Omicron, akankah ada varian Covid yang lebih membahayakan di masa depan?

Sekarang bukan gelombang terakhir dan Omicron juga bukan varian terakhir. Ke depan, gelombang semakin mengecil baik dari kasus atau dampaknya. Penyebaran juga makin ke pinggiran, ke daerah yang buruk cakupan vaksinasinya.

Hal yang paling mendasar dari tahun 2020 saat varian Alpha terjadi dan 2021 saat Omicron dan Delta adalah adanya vaksinasi. Namun, kita harus ingat ketimpangan vaksin di dunia masih buruk sehingga tidak bisa mengandalkan vaksinasi saja.

Tren ke depan, dampak varian baru lebih terukur karena ada vaksinasi. Landscape vaksinasi membuat pemburukan dari varian baru mengecil tapi bukan menjadi tidak serius. Varian baru mungkin akan menyasar daerah atau wilayah negara periferi atau yang vaksinasinya buruk.

Ancaman varian Covid-19 ke depan kecenderungannya lebih cepat menular, lebih cenderung berat di saluran pernafasan atas dan menurunkan efikasi antibodi. Virus ini bisa bersirkulasi. Virus juga bisa berkembang di kantung-kantung negara yang menjadi lahan subur virus seperti di daerah perang.

Dengan tidak meratanya vaksinasi di beberapa negara, bagaimana kondisi tersebut bisa mempengaruhi cepat tidaknya berubahnya status pandemi ke endemi Covid di dunia?

Isu kesetaraan vaksinasi menjadi rawan karena virusnya bersirkulasi terus. Kalau melihat flu Spanyol yang jadi flu biasa, nanti Covid-19 bukan jadi flu biasa ya jadi Covid-19 saja. Setidaknya perlu 3-4 tahun, mudah-mudahan tahun ini bisa keluar ya.

Fakta yang harus dipahami adalah bahwa vaksinasi saja tidak cukup. Riset menunjukan imunitas vaksinasi menurun dan itu dengan rentang variasi cukup beda. Ada yang tiga tahun, ada yang beberapa bulan. Pesan pentingnya adalah vaksinasi tidak long lasting, karena kekebalan SARS-CoV-2 ini berbeda. Kalau flu burung kekebalannya seumur hidup , yang SARS-CoV-2  tidak begitu

Kita perlu menjaga dan memperkuat strategi public health, 3T, isolasi karantina, dan 5 M. Kondisi inilah yang akan membantu jika terjadi ledakan. Cakupan vaksinasi di daerah juga akan menentukan besaran risiko.  Harus ada pemahaman jika ada gelombang lebih besar atau varian yang lebih berbahaya itu mungkin saja.

Untuk Indonesia, kapan bisa dikatakan keluar dari pandemi? 

Pernyataan keluar dari pandemi itu lebih dari dorongan politik dan ekonomi bukan karena indikator kesehatan. Secara indikator kesehatan atau epidemiologi ya belum keluar. Mau menyatakan keluar sekalipun secara de facto dan de jure masih pandemi. Saya khawatir itu delusi, itu yang bahaya.

Akhirnya potensi lahirnya varian baru besar, varian yang bisa mengubah situasi dan efektivitas vaksin. Ini bisa mengubah target akhir tahun di mana secara indikator kesehatan kita bisa keluar dari krisis di akhir tahun. Tapi bisa saja mundur, ini berbahaya sekali.

Penduduk Indonesia tersebar di pulau-pulau. Karena itu, mungkin ada tiga skenario di daerah. Ada daerah yang mengalami endemi di mana kasusnya ada tapi kecil, mungkin 50-10 sehari dengan reproduksi di bawah 1%. 

Ada daerah yang memasuki epidemi juga, daerah yang vaksinasinya buruk. Mereka bisa mengalami outbreak luar biasa. Ketiga daerah yang tidak masuk dalam endemi atau epidemi tapi daerah dengan kategori terkendali.

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.)
 

Kira-kira pada fase seperti kita dianggap sudah aman dari Covid-19 misal dengan melihat perbandingan tingkat kematian dan kasus konfirmasi nya?

Fase yang aman kalau setidaknya 85% atau 90% dari total populasi dunia sudah mendapatkan suntikan dosis tiga, itu bisa aman. Bila angka kesakitan 1-10 per satu juta dan angka kematian 1 per 10 juta, itu bisa kita tolerir. Sebetulnya yang bagus itu endemi yang terkendali, artinya tidak ada kasus dan kematian selama berbulan- bulan. Apa mungkin? Bisa saja.

Bagaimana skenario menuju akhir pandemi?

Setidaknya, ada tiga indikator menuju akhir pandemi. Pertama, kita bisa declare mencabut pandemi jika sudah tahu kapan gelombang berikutnya datang. Mungkin setiap 4-6 bulan sekali. Ini menjadi penting untuk mengantisipasi, terutama di daerah yang cakupan vaksinasinya rendah. Dinamika outbreak ini sudah kita tahu. 

Kedua, secara surveillance virus ini tidak dominan lagi menjadi penyebab utama infeksi saluran pernafasan sehingga tidak perlu emergency action. Emergency kan harus dilakukan jika ada kasus yang dominan, terjadi dengan cepat, dan mengganggu fasilitas kesehatan serta menjadi penyebab utama kematian. Kalau dari sisi kesehatan ini tidak menunjukan dominan lagi, boleh lah syarat ini terpenuhi. 

Indikator ketiga adalah cakupan vaksinasinya. Cakupan vaksinasi sudah memadai secara global, 80% dari penduduk dunia sudah vaksinasi lengkap itu sudah aman, idealnya ya 90%.  Regardless ya 80%, itu secara global, semua negara sudah di level sama. Setidaknya 60% dari total kelompok yang beresiko tinggi sudah mendapatkan booster. Kalau melihat indikator tersebut, saya rasa tidak akan lama lagi.

Tapi semua bisa terganggu memburuk kalau kita ingin cepet-cepet padahal kemampuan belum ada. Apapun itu kalau diburu- buru yah bisa cilaka.

Bagaimana sebaiknya bentuk kerja sama di tingkat global untuk mengantisipasi munculnya varian baru?

Pandemi menuntut peran global karena penyakit yang lintas batas supaya dunia ini bisa mengendalikan. Situasi karena Covid memperberat semua aspek secara global baik ekonomi, politik, sosial, dan kesehatan.

Sulit dihindari negara maju ataupun berkembang untuk tidak melakukan pelonggaran atau membuka perbatasannya. Masih ada satu dua negara dengan pendekatan zero case seperti Cina, Hong Kong, dan Taiwan tapi tidak akan sustain karena adan varian Covid.

Di sisi lain, kita lihat negara Skandinavia banyak melakukan pelonggaran, ada juga kita lihat fenomena Korea Selatan. Tadinya mereka kuat dalam tracing dan testing serta karantina tapi mereka mengendur.

Mereka lebih memilih merawat mana yang beresiko, seperti orang dengan komorbid karena banyaknya kasus infeksi. Kita lihat Australia juga membuka seluas-luasnya di mana ini sangat kontradiktif dengan dua tahun sebelumnya karena Australia cenderung mengisolasi dan menutup diri.

Pandemi ini masalah bersama yang harus ditanggulangi dengan kerja sama. Indonesia kan memegang presidensi G20 dan ketua ASEAN perlu memberi contoh. Kita tidak bisa keluar sendiri, harus bareng. Global health security harus dibangun dan diperkuat.

Di tingkat global, pembiayaan seperti apakah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi munculnya wabah di masa depan?

Pengendalian pademi butuh biaya. Makanya WHO harus kita perkuat. Berdasarkan pengalaman, lebih baik memperkuat WHO dengan segala plus-minusnya. Lembaga baru itu tidak mudah membuatnya dan kontinuitasnya serta fungsinya belum teruji.

Halaman:
Reporter: Maesaroh