Vasyl Hamianin menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan tentang kabar dirinya dan warga Ukraina. Menurut Duta Besar Ukraina untuk Indonesia itu, hampir setiap hari dia mendapatkan pertanyaan serupa dari banyak orang yang ditemuinya. "Saya tak tahu bagaimana menjawabnya," kata Hamianin.

Saat itu adalah hari ke-56 sejak militer Rusia melancarkan agresi ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Serangan udara dan bom membuat berbagai kota di Ukraina porak-poranda. Hamianin sesekali membaca dan mengetik cepat di ponselnya. Di tengah karut-marut perang yang melanda negerinya, Hamianin terus berkomunikasi dengan koleganya.

Hamianin mengaku selalu cemas setiap bangun tidur lalu membaca berita-berita tentang kondisi di Ukraina. "Banyak kawan, keluarga, dan kolega saya di sana yang terancam," ujarnya.

Laporan Kantor Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari itu menyebutkan 2.224 orang, 174 di antaranya adalah anak-anak, tewas akibat serangan militer Rusia. Lebih dari 2.800 orang terluka.

Lembaga itu memperkirakan jumlah korban bisa lebih banyak mengingat sulitnya memperoleh informasi, terutama dari wilayah yang dilanda pertempuran. Menurut laporan Kementerian Dalam Negeri Ukraina, ada lebih dari 2.700 orang tewas.

Hamianin mengatakan rakyat dan militer Ukraina terus melawan agresi Rusia. Salah satu hasilnya adalah kapal perang Rusia, Moskva, hancur dan tenggelam di perairan Laut Hitam. Menurut Hamianin, peristiwa itu menjadi hal penting bagi rakyat Ukraina. "Pertama, kapal itu dinamakan Moskva atau Moskow," katanya. "Kedua, itu kapal perang terbesar Rusia di Laut Hitam dan salah satu yang terbesar di seluruh armada laut Rusia," ujar duta besar yang bertugas di Indonesia sejak Juli 2021 lalu. 

Menerima Katadata di ruang kerjanya di Jakarta, Rabu (20/4), Hamianin menjelaskan dampak invasi Rusia di Ukraina dan bagaimana dukungan terus mengalir untuk negaranya. Dia menyebut Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebagai penjahat perang. “Semakin banyak negara yang bersuara dan melakukan sesuatu, kian cepat perang ini selesai."

 

Kapal perang Rusia, Moskva, tenggelam di Laut Hitam. Apa dampaknya terhadap upaya Ukraina melawan agresi Rusia?

Kapal Moskva hancur, terbakar, dan tenggelam. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, mungkin setidaknya dalam seratus tahun terakhir. Kejadian itu menjadi pukulan besar bagi Rusia. Kapal itu seharusnya bertugas melindungi seluruh armada Rusia dari serangan misil, bom, dan apa pun. Ini kemenangan besar militer Ukraina melawan armada Rusia.

Bagi kami, peristiwa itu simbol kemenangan penting. Pertama, kapal itu dinamakan Moskva atau Moskow. Kedua, itu kapal perang terbesar Rusia di Laut Hitam dan salah satu yang terbesar di seluruh armada laut Rusia.

Jika dibandingkan dengan kekuatan militer darat, kapal itu mungkin setara dengan beberapa batalion. Sekitar 300-500 orang di kapal itu tewas atau hilang, belum lagi banyak misil, kanon, sistem pertahanan udara yang hancur.

Bukankah kapal itu sebelumnya juga terlibat dalam serangan di salah satu pulau milik Ukraina?

Ya, di awal gelombang invasi Rusia ke Ukraina, kapal itu yang mendekati salah satu pulau kami, Pulau Ular. Tentara kami melawannya. Kini kapal itu malah tenggelam. 

Sebelum kejadian itu, Kantor Pos Ukraina menerbitkan perangko bergambar kapal itu dan seorang tentara Ukraina dengan gestur menantangnya. Pagi hari diumumkan perangko itu resmi dijual, malam harinya kapal itu dilaporkan hilang. Saya tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Itu sangat mengejutkan. 

Bagi warga Ukraina, kejadian tersebut juga menunjukkan bahwa kami bisa mengalahkan musuh. Peristiwa itu juga menunjukkan kelemahan militer Rusia. 

Sayangnya, saya rasa warga Rusia tidak mendapatkan informasi yang utuh atau kebenaran tentang kejadian ini.

Halaman: