Beberapa waktu lalu Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen datang ke Kyiv dan bertemu Presiden Volodymyr Zelensky. Beberapa pemimpin negara Eropa melakukan hal serupa. Apakah ini menjadi sinyal kuat Ukraina kian dekat dengan Uni Eropa?

Bukan sekadar sinyal. Saya pikir semuanya sudah jelas bahwa kami semakin dekat dengan Uni Eropa. Peluang kami menjadi anggota Uni Eropa semakin besar.

Dokumen apa yang diterima Presiden Zelensky dari Ursula von der Leyen?

Kuesioner. Ini nanti akan dipertimbangkan oleh parlemen Komisi Eropa. Saya tidak tahu proses detilnya, tapi jika diterima, mereka akan memberikan semacam rencana aksi sehingga kami tahu tugas apa yang harus dilakukan untuk masuk Uni Eropa. Setelahnya baru ada voting.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Kyiv, Jumat (8/4). (ANTARA FOTO/REUTERS/Ukrainian Presidential Press Service/Handout /hp/sad.)

Banyak negara sudah menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Banyak perusahaan asing juga hengkang dari Rusia. Menurut Anda, ini cukup untuk memberi dampak pada Rusia secara ekonomi dan politik?

Saya tumbuh di Uni Soviet dan menggali banyak soal sejarah ketika menyelesaikan pendidikan doktor 20 tahun lalu. Karena itulah saya mengerti apa yang dipikirkan dan dipahami orang-orang seperti Putin. Dia hanya paham satu bahasa: kekerasan. Dia tak paham soal persuasi, apa yang baik dan buruk, serta pertemanan. Dia mungkin bisa bicara banyak tapi akan melakukan apa pun yang disukainya.

Apa yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah mengecam Rusia? Mereka bahkan tidak bisa mengirim pasukan perdamaian ke Ukraina untuk melindungi warga sipil. Menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, kepada anak-anak para pejabat Rusia, bisa menjadi cara paling efektif. 

Sanksi untuk orang-orang dekat Putin?

Setidaknya ada 50 orang yang mengontrol uang dan kekuasaan di Rusia. Antara lain kepala badan intelijen, perdana menteri, menteri pertahanan. Juga orang-orang seperti Peskov (Juru Bicara Pemerintah Dmitry Peskov) dan Lavrov (Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov).

Orang-orang seperti itu tidak peduli dengan Ukraina, Rusia, atau warga Rusia yang hidup dalam kemiskinan. Mereka lebih peduli pada kondisi anak-anaknya yang bisa hidup mewah di London, Monaco, Paris, New York, atau tempat lainnya. Mereka memiliki banyak uang, mobil mewah, yacht, pesawat, kasino, bisnis, dan lainnya.

Jadi ketika anak-anak mereka mendadak tidak bisa lagi tinggal ke Eropa, Amerika, atau Kanada, kehilangan akses terhadap hartanya, dan harus kembali hidup di Rusia, itu bencana besar. Mereka tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dalam kondisi seperti itu, mereka akan mendatangi Putin dan mendesaknya untuk melakukan sesuatu atau mereka akan menyingkirkannya. Ini adalah hal paling menakutkan yang bisa terjadi pada para oligarki itu.

Beberapa orang yang ada di dalam daftar sanksi sudah disuruh keluar dari Eropa. Lihat saja Roman Abramovich. Dia pun terpaksa menjual klub sepak bola Chelsea, rumah, yacht, dan hartanya.

Tapi ada beberapa orang dan anggota keluarganya masih tidak dijatuhi sanksi. Padahal, jika mereka dikenai sanksi dan harus pulang ke Rusia, misalnya ke Rostov, Moskow, atau tempat mana pun yang bisa menerima mereka, ini katastrofe bagi rezim Putin.

Saya tidak mengerti mengapa tidak banyak sanksi yang dijatuhkan kepada sekitar 50 orang ini sejak 2014.

Rusia berjanji membuka koridor bantuan dan evakuasi untuk warga Ukraina. Apakah ditepati?

Kami berhasil membebaskan beberapa kota seperti Chernihiv, Sumy, dan wilayah di sekitar Kyiv. Kharkhiv juga sudah tidak lagi diblokade. Beberapa kota lain seperti Kherson dan Nikolaev masih dihujani misil tapi tidak lagi diblokade.

Rusia menawarkan koridor evakuasi tapi justru yang mengarah ke wilayah Rusia. Tentu saja tak seorang pun mau pergi ke sana. Ada beberapa kejadian penduduk diambil paksa dan kami tak tahu bagaimana nasib mereka. Ada ribuan anak yang dibawa paksa ke wilayah Rusia. Tak ada yang tahu apa yang terjadi pada mereka hingga hari ini.

Ini adalah kejahatan internasional. Ombudsman Ukraina sudah menyampaikannya di sejumlah lembaga internasional, seperti Amnesty Internasional dan Dewan HAM PBB.

Rusia malah membuat propaganda atas kejadian ini. Mereka membawa paksa penduduk lalu menyatakan Ukraina tidak bisa menjaga mereka. Rusia menyebut menyelamatkan penduduk dari siksaan dan pembunuhan yang dilakukan Ukraina lalu memberi mereka makan, pekerjaan, dan sebagainya. Padahal penduduk itu adalah sandera, dan ini kejahatan.

Rusia setuju dengan koridor evakuasi dari Mariupol yang mengarah ke wilayah Ukraina. Namun sebelum penduduk bergerak untuk dievakuasi, kami mendapatkan informasi bahwa tentara Rusia memasang ranjau darat di jalan-jalan yang akan dilewati. Rupanya mereka tak ingin ada penduduk yang lolos dari sana. Tentara kami harus membersihkan jalan-jalan itu dari ranjau. Inilah kualitas koridor evakuasi Rusia.

Demikian juga dengan apa yang terjadi di Bucha. Rusia berjanji membangun koridor aman untuk menyalurkan bantuan ke Bucha, Irpin, Borodyanka. Faktanya, kami mendapati ribuan orang tewas dengan luka tembakan di kepala bagian belakang dan tangan mereka terikat. Ada ratusan orang diperkosa, ratusan lainnya disiksa tentara Rusia.

Karena itulah kami tidak mempercayai janji Rusia memberikan koridor aman dan bantuan kemanusiaan.

Bagaimana Ukraina mempertahankan ekonomi dan sistem finansial yang juga berantakan akibat perang ini?

Kami tidak bisa berbuat banyak tapi berusaha menjaga perusahaan, pabrik-pabrik tetap berproduksi. Ukraina adalah negara agrikultur. Perang ini berdampak besar karena kami tidak bisa menanam lagi. Banyak wilayah masih diserang dan tidak aman.

Perang ini bisa memicu bencana pangan global sebab Ukraina adalah salah satu pemasok utama untuk program ketahanan pangan dunia. Jika kami gagal mengirim gandum atau bahan pangan ke tujuan, jutaan orang bisa kena imbasnya.

Armada laut Rusia menahan sekitar 90 kapal komersial berisi bahan pangan seperti gandum dan jagung di pelabuhan-pelabuhan di Odessa di Laut Hitam selama lebih dari 50 hari. Di Mariupol, bahan pangan dari sekitar 10 kapal dicuri oleh Rusia. Bisa saja tujuan salah satu kapal ini adalah ke Indonesia. Jadi bahan pangan Indonesia yang dicuri dan rakyat kena imbasnya.

Bulan lalu, banyak lumbung dan gudang penyimpanan bahan pangan juga diledakkan. Jadi jutaan ton bahan pangan yang seharusnya dikirim malah lenyap.

Bukankah Ukraina salah satu pemasok gandum terbesar?

Ya, di dunia. Termasuk ke Indonesia juga. Cina dan Indonesia akan segera merasakan dampak perang ini. Jika kami tidak bisa bercocok tanam dan memanen setidaknya di musim panas atau musim gugur nanti, banyak negara di Asia dan Afrika yang kena imbasnya. Bangladesh, Pakistan, Cina, Indonesia, serta beberapa negara di Afrika Utara dan Timur Tengah adalah konsumen terbesar gandum Ukraina.

Rusia tidak bisa menggantinya karena mereka sendiri tergantung pada benih yang diimpor dari Eropa. Sekarang Eropa sudah menolaknya.

Indonesia sudah menyatakan sikapnya atas perang yang terjadi Ukraina. Apa yang Anda harapkan lagi dari Indonesia?

Saya tidak bisa memberikan saran atau dalam posisi menggurui, karena membuat kebijakan itu sepenuhnya ada di tangan pemerintah Indonesia. Mereka orang-orang bijak dan berpengalaman.

Tapi saya berharap Indonesia bisa memberikan dukungan lebih besar, tidak hanya mengecam perang. Agresor, dalam hal ini Rusia, harus dikecam. Presiden Rusia juga seharusnya ikut dikecam, tak hanya sebagai agresor juga penjahat perang setelah apa yang terjadi di Bucha, Borodyanka, dan tempat lainnya. Dunia sudah mengecam aksi kejahatan perang Rusia.

Saya juga berharap Indonesia bisa mengambil langkah-langkah memberikan sanksi untuk ekonomi Rusia. Misalnya, tidak lagi membeli minyak dan gas, mengimpor barang, dan melakukan pembayaran perdagangan dengan Rusia.

Dewan HAM PBB sudah mengadopsi resolusi tentang disinformasi dan propaganda. Mereka juga meminta negara-negara menghentikan propaganda Rusia. Saya berharap Indonesia ikut terlibat dalam hal ini dan bisa membatasi kebohongan dan propaganda yang datang dari pihak Rusia.

Saya juga berharap Indonesia bisa memberikan bantuan kemanusiaan untuk Ukraina. Itu sangat dibutuhkan saat ini.

Indonesia menyelenggarakan Forum G20 tahun ini. Sejumlah negara anggotanya bakal memboikot Rusia dan menyarankan Ukraina ikut diundang ke puncak acara di Bali. Bagaimana Anda menilai kondisi ini?

Waktunya masih lama sebelum pertemuan di Bali itu dimulai. Sementara kami sudah merasakan perang ini berlangsung seperti bertahun-tahun. Tugas penting untuk komunitas dunia sekarang adalah menghentikan perang ini.

Menurut saya pribadi, tak seharusnya penjahat perang, diktator, dan pembunuh bisa berpartisipasi dalam forum internasional yang sangat dihormati. Jika dia duduk sejajar dengan para pemimpin negara lain, itu sama saja mempermalukan para warga negara yang diwakili para pemimpin itu.

Halaman: