Bank Aladin Akan Membangun Layanan Keuangan untuk Semua Ekosistem

Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Dyota Mahottama Marsudi, Presiden Direktur Bank Aladin Syariah
Penulis: Muchamad Nafi
3/8/2022, 07.00 WIB

Sampai saat ini, sudah ada berapa banyak nasabah Bank Aladin?

Per 5 Juli 2022 ada 675 - 676 ribu, hampir 700 ribu nasabah.

Mayoritas di kota dan daerah urban?

Kami distribusinya di semua provinsi. Tentu di provinsi-privinsi yang memiliki keinginan syariah lebih kuat, misalnya Jawa Barat, Jawa Timur lebih kuat. Tapi kami punya nasabah di semua provinsi di Indonesia. 

Alfamart punya jutaan pelanggan yang juga nasabah bank lain. Apakah melayani mereka juga, termasuk ketika tarik uang tunai pakai sistem Aladin?

Apakah pelanggan Alfamart sudah memiliki bank account? Yang paling gampang di-convert adalah yang belum punya bank account. Kalau sudah ada bank account, kami harus menunjukkan lebih baik dari bank yang mereka miliki.

Caranya bagimana? Kami kerja sama bareng dengan Alfamart. Misalnya, kamu punya bank warna hijau, ternyata di Alfamart dekat rumah itu ATM-nya warna biru. Kalau tarik kena charge. Biasanya, orang Indonesia tidak mau, bakal cari tempat ATM hijau. Kalau dia punya Aladin, mau ke ATM gratis, mau tarik tunai di kasir gratis, jadi tidak usah cari ATM hijau lagi. 

Mereka juga lihat promo. Belum kami jalankan, tapi akan. Kalau memakai Aladin akan mendapat keuntungan di Alfamart, misalnya, yang tidak didapat di bank lain. Tugas kami adalah memberikan nilai kepada customer. Tapi harus fokus, pelanggan mana yang ingin add value? Customer yang datang pakai Mercedes GLS, nyetir sendiri, bajunya branded, kalau convert ke Aladin gak mungkin. Itu bukan target segmennya

Untuk ekspansi bisnis, pemberian kredit menjadi andalan di daerah. Bagaimana strategi Aladin di penyaluran kredit ini?

Kami akan mengangandalkan kemitraan, karena mereka memiliki lebih banyak data daripada yang kami punya. Itu ekosistem mereka. Lalu kami bisa memberikan pelayanan yang bagus. Saat ini kami masih di ‘distribusi’, di trading karena itu salah satu industri yang paling besar. Tapi apakah menutup kemungkinan ke industri lain? Tidak.

Kami memiliki tesis ingin menjadi penyedia layanan keuangan untuk semua ekosistem, Banking as a Service (BaaS). Kami sedang minta izin, customer yang dimiliki partner tidak lagi perlu download Aladin, tapi Aladin akan ada di aplikasi partner. Jadi, dari pembukaan akun, deposito, tabungan, mendapatkan pinjaman, semua bisa didapat dari aplikasi partner. Kami mau ke sana, industri yang didorong oleh mitra, bukan sebaliknya.

Bagaimana pengembangan modal dasar Bank Aladin? Apa sudah sesuai kriteria minimal Otoritas Jasa Keuangan?

Hitungan untuk definisi bank BUKU sudah berubah. Tapi intinya, pada akhir 2020 minimal Rp 1 triliun, akhir 2021 Rp 2 triliun, akhir 2022 harus Rp 3 triliun. Ini berlaku untuk semua bank, bukan cuma Aladin. Ini definisi Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI). Tolong cek, minimum Rp 3 Triliun. 

Kami juga sedang menggalang dana. Kemarin baru close di Rp 2 triliun, ada Alfamart masuk, ZA Tech, beberapa account manager. Tahun ini kami akan melakukan lagi untuk fundraising. Tapi saya kurang tepat untuk mendahului, nanti kami akan membuat pengumuman. Ini sedang proses.

Beberap waktu lalu Wakil Presiden Ma'ruf Amin “meng-endorse” LinkAja untuk menjadi bank digital syariah. Bagaimana soal ini?

Saya pribadi senang ada endorsement ke bank syariah dari orang nomor dua di RI. Ketika kami announce kerja sama dengan Alfamart, Pak Wapres juga hadir. Jadi, Pak Wapres memang cendikiawan muslim, tentu akan endorse setiap orang yang ada isinya dan syariah.

Kami sedang membangun industri, bahkan beberapa industri sekaligus, yaitu digital banking dan syariah banking. Penetrasi masih kecil dibandingkan BCA, BRI, BNI. Syariah juga masih kecil dibanding nama-nama tadi.

Tentu kami membangun Aladin sebagai bank, tetapi tujuan yang lebih besar adalah membangun industri. Jadi, kalau ada pemain-pemain lain, kami malah senang, karena membantu edukasi masyarakat. Kalau kami sendiri, biaya edukasi masyarakat itu besar.

Bagaimana skenario ketika ada risiko kegagalan partnership dengan Alfamart? Sebab semua data bergantung pada Alfamart. Apakah kerja sama ini akan terus berlangsung?

Semoga penilaian kami risikonya rendah. Kolaborasi dengan Alfamart di berbagai level. Kedua PSP kami kan sudah kenal dari dulu, Pak Joko melalui beberapa investasi di Aladin waktu IPO. Alfamart pun investasi ke kami waktu right issue. Secara komersial, kami memiliki berbagai macam agreement, dari marketing, customer acquisition, funding, financing. Dari segi teknologi, kami juga kerja bareng Alfamart untuk memudahkan beberapa proses.

Assessment kami, risiko tersebut rendah, tapi resiko nggak mungkin 0. Apakah kami akan bermitra dengan partner lain? Tentu iya, yang penting tidak langsung bersaing dengan Alfamart. Kami menghargai kerja sama in. Kami ke Evermos itu enggak overlap, juga dengan Kitabisa.

Sebelumnya disebutkan Aladin lebih fokus ke kota tier 2-3-4. Di provinsi mana yang penetrasi Aladin paling besar?

Saya perlu memeriksa dulu, kalau tidak salah di Jawa Barat atau Jawa Timur. Itu kantong-kantong masyarakat yang ingin produk-produk syariah besar di sana. Tapi distribusinya lumayan, jadi semua provinsi kami punya.

Di Sumatera Barat tidak punya Alfamart tapi tuntutan syariahnya tinggi. Bagaimana cara Aladin masuk ke provinsi itu?

Dari hampir 700 ribu nasabah, itu organik ada 50:50. Ada yang di-drive oleh Alfamart melalui pekerja mereka, member get member, referral, dan marketing. Lalu 50 persennya lagi organik, orang yang mencari Aladin. Di Sumatera Bar, saya tidak tahu dipakai buat apa. Tapi bikin akun bank bisa di rumah, masukin duit, transfer, butuh uang bisa jalan ke ATM manapun kalau Alfamart tidak ada. Mau berbagai macam tabungan juga ada, tabungan haji dan edukasi.

Jadi Aladin juga ada tabungan haji?

Iya. Kami dapat menetapkan tujuan Anda. Jika tujuan Anda untuk naik haji, silakan. Jika tujuan Anda untuk umrah, silakan. Kalau untuk nabung edukasi anak, silakan.

Badan Pengelola Keuangan Haji sudah menggandeng Bank Muamalat untuk tabungan haji. Bagaimana persaingannya dengan Aladin?

Kami tidak melihat persaingan sama sekali. Statement-nya beda sekali, products-nya beda, kemampuannya berbeda. Fokus Aladin adalah menciptakan nilai untuk segmen tertentu. Kami enggak celingak-celinguk untuk memperhatikan layanan korporat, pemerintah daerah. Kami tidak berpikir ke sana. Fokus ke underbanked, unbanked, MSMEs, dari segi income itu middle to low.

Halaman:
Reporter: Gabriel Wahyu Titiyoga, Amelia Yesidora