Selama dua tahun menjalani kehidupan di era pandemi Covid-19, semua orang dipaksa untuk beradaptasi dengan kondisi dan keadaan. Pelaku UMKM merupakan salah satu kelompok masyarakat yang dipaksa untuk beradaptasi sejak masa awal pandemi supaya mampu bertahan hidup.
Berkat bantuan teknologi digital, para pelaku UMKM tidak hanya mampu bertahan hidup, bahkan mengembangkan usaha ke suatu kondisi yang bahkan jarang terpikirkan sebelumnya.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini sudah 17,2 juta UMKM yang onboarding ke platform digital.
Menanggapi hal ini, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan bahwa pemerintah telah menargetkan 30 juta pelaku UMKM untuk masuk ke platform digital pada 2024. Teten melanjutkan bahwa bergabungnya pelaku UMKM ke berbagai platform digital ini juga sekaligus menandai besarnya potensi ekonomi digital di masa yang akan datang.
“Potensi ekonomi digital diperkirakan akan mampu tumbuh delapan kali lipat pada 2030, menjadi Rp 4.531 triliun,” ujar Teten saat membuka webinar bertajuk “Yang Lokal, Yang Juara” untuk memperingati Hari UMKM Nasional pada 12 Agustus 2022, yang diselenggarakan oleh Tokopedia bekerja sama dengan Katadata.
Hal ini menandakan, lanjut Teten, masih lebarnya ruang untuk tumbuh dan berkembang bagi para pelaku UMKM ke depannya.
Bahkan, lanjut Teten, menurut data yang dirilis oleh e-Conomy Southeast Asia (SEA) oleh Google, Temasek dan Bain&Company pada 2021 memperkirakan bahwa 72 persen pengguna digital akan berasal dari kota-kota penyangga.
Masih menurut laporan yang sama, pertumbuhan ekonomi digital sebesar US$ 53 miliar, atau Rp 700 triliun pada 2021. Pertumbuhan YoY bisa sampai 50 persen. Transaksi ekonomi digital berkisar 5 persen dari PDB.
Hingga 2025, pertumbuhan ekonomi digital masih disumbang oleh sektor e-commerce.
“Data dari Alpha JWC Ventures and Kearney pada 2021 juga memproyeksikan pertumbuhan signifikan. Pasar digital akan tumbuh lima kali lipat pada lima tahun mendatang,” tambah Teten.
Secara khusus, mantan penggiat anti korupsi ini juga menyebutkan bahwa Tokopedia dan keberhasilannya menggaet 12 juta pelaku UMKM dan mampu menjangkau 99 persen kecamatan telah membuatnya menjadi bagian penting dari pekerjaan besar bernama transformasi digital.
Pendiri sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengakui bahwa dua tahun belakangan ini menjadi suatu tantangan tersendiri, terutama bagi pengusaha UMKM. Perubahan kebiasaan dan tekanan situasi pandemi mengharuskan banyak pengusaha UMKM beradaptasi dengan teknologi.
“Adaptasi membawa perubahan penting. Salah satu bentuk perubahan itu misalnya, yang tadinya usaha kita hanya buka pada jam-jam tertentu, saat ini buka selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu,” ujar William.
Tokopedia, lanjutnya, memang diarahkan untuk mendorong pemerataan ekonomi di berbagai daerah lewat berbagai cara. Mendukung usahawan lokal untuk tumbuh dan berkembang juga merupakan salah satu prioritas.
Hilmi Adrianto, Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia, yang juga hadir sebagai pembicara mengatakan saat ini pertumbuhan jumlah penjual rata-rata naik 1,5 kali lipat secara merata di berbagai wilayah nusantara.
“Mulai dari wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan timur, jumlah penjual dan transaksi rata-rata naik 1,5 kali lipat. Hal ini menandakan transformasi digital berjalan cepat di berbagai daerah,” ujar Hilmi.
Saat ini, lanjutnya, Tokopedia tengah berfokus membangun dunia usaha UMKM di daerah. Tokopedia membangun inisiatif Hyperlocal, yang dimaksudkan untuk mendorong perluasan pasar para pelaku UMKM.
“UMKM mendapatkan exposure secara lokal, sehingga ketika sudah siap, mampu melayani pasar nasional,” ujar Hilmi.
Dalam beberapa kasus, Tokopedia juga telah membawa beberapa UMKM lokal untuk mengikuti ajang internasional, seperti Paris Fashion Week.
“Kami beberapa waktu lalu bantu untuk membawa UMKM asal Bali, Jewel Rocks untuk tampil di Paris Fashion Week.”
Upaya mengenalkan bisnis UMKM dilakukan secara berbarengan dengan upaya memperkuat kondisi infrastruktur UMKM di daerah, guna mempersingkat waktu dan biaya logistik.
Untuk keperluan ini, Tokopedia kemudian mengembangkan konsep smart warehouse, dengan membangun gudang pintar di berbagai daerah sebagai tempat penampungan barang-barang untuk menjangkau konsumen di berbagai daerah.
“Ketika kita berada di daerah jauh dari kota besar, harga barang bisa lebih murah dari ongkos kirimnya,” lanjutnya.
Tokopedia juga membentuk forum para penjual, sehingga para penjual dapat bertemu dengan produser bahan baku untuk menyiasati akses terhadap bahan baku. Selain ini, lanjut Helmi, berbagai kelas edukasi juga dibentuk untuk berbagai komunitas, salah satunya komunitas perempuan, untuk semakin mengetahui seluk-beluk e-commerce.
Pelaku UMKM potensial juga digarap agar mampu membesarkan usahanya di daerah. Dari situ, Tokopedia akan membantu mengembangkan kapasitas pelaku UMKM agar mampu meraih pasar nasional.
Bima Laga dari Indonesia E-commerce Association (IdeA) juga menggarisbawahi pentingnya berbagai pelatihan yang dilakukan untuk mengakselerasi kemampuan pelaku UMKM dalam beradaptasi dengan teknologi digital.
Ia menceritakan bahwa IdeA menerima respon yang luar biasa saat mengadakan serangkaian pelatihan mengenai bisnis UMKM di wilayah Indonesia Timur pada 2020 hingga 2021.
“Kami buka pendaftaran 2.500 tempat, yang mendaftarkan 6.500 orang pelaku UMKM,” ujar Bima.
Bima melanjutkan bahwa salah satu tolok ukur bagi antusiasme pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya adalah tingkat akuisisi UMKM produk lokal di Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, dari Mei hingga Juni 2022, sudah 11 juta UMKM.
“Ke depan, kebutuhan para pelaku UMKM adalah tidak lagi sekedar onboarding, tapi juga naik kelas, supaya bisa mencapai pasar yang lebih luas dengan produk yang lebih berkualitas,” ujarnya.
Agar naik kelas, ujarnya, UMKM perlu dukungan pemerintah, terutama soal modal usaha.
Menjawab hal ini, Asisten Deputi Kemitraan dan Perluasan Pasar pada Kementerian Koperasi dan UKM, Fixy menyatakan pemerintah telah menyiapkan berbagai sarana permodalan bagi UMKM untuk mengembangkan usahanya.
Bantuan yang ditawarkan mulai dari KUR (Kredit Usaha Rakyat), hingga berbagai bentuk kemitraan yang ditawarkan oleh perusahaan Fintek, yang sudah diawasi oleh OJK.