Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja menyatakan, sebanyak 49 persen penerima Kartu Prakerja adalah perempuan. Sejak mengikuti program ini, ada kenaikan jumlah pengusaha perempuan penerima Kartu Prakerja mencapai 42 persen, menjadi 1,4 juta wirausaha perempuan.
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional per Februari 2021, partisipasi kebekerjaan perempuan di Indonesia mencapai 54 persen, dibandingkan dengan laki-laki sebesar 82 persen.
Dilansir dari Antaranews.com, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengatakan bahwa Program Kartu Prakerja memberikan dampak positif terhadap peningkatan kemandirian finansial, inklusi keuangan, dan keterampilan.
“Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar mengikuti pelatihan (Prakerja) semua tergantung dari dirinya. Pertama, tergantung niatnya, kemudian keseriusan dan konsistensi saat belajar,” tutur Denni.
Sitti Rabiah, warga Kota Ternate, Maluku Utara, merupakan penerima Kartu Prakerja Gelombang 2, tahun 2020. Teman dari ibundanya sempat menyarankan Sitti mengikuti Program Kartu Prakerja saat awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Kala itu, ia tidak bekerja dan sedang menunggu kesempatan untuk masuk perguruan tinggi.
Setelah mendaftar dan diterima dalam Program Kartu Prakerja, perempuan 21 tahun itu mengikuti pelatihan berjualan melalui media sosial. Ia belajar membuat konten yang menarik dalam pelatihan itu. Kemudian, Sitti diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Khairun, Ternate. Ia lantas menjalani kehidupan perkuliahan sambil itu berjualan produk perawatan kulit (skincare).
Menggunakan insentif dari Kartu Prakerja, Sitti menjual serum dan masker organik yang dikirim dari beberapa kota besar, untuk kemudian dipasarkan kembali di Ternate. Dari pengalamannya menjadi reseller, Sitti berhasil mendapatkan Rp 500 ribu dalam penjualan pertamanya.
Berbekal pengalaman tersebut, Sitti kemudian berjualan es cincau dan keripik balado. Pemasarannya dilakukan via Facebook, Instagram, WhatsApp dan aplikasi penyedia jasa pengantaran makanan. Sitti berencana untuk dapat membuat kios kecil untuk berjualan es cincau, yang ditargetkan dapat dilakukan dalam waktu ke depan. Saat ini dia tengah mengumpulkan modal dan mencari tempat untuk kiosnya.
Kisah Sitti adalah salah satu dari sekian banyak perempuan yang menjadi lebih berdaya dari segi ekonomi berkat peningkatan kompetensi. Adapun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat menyampaikan bahwa peranan perempuan sangat penting, baik dalam ekonomi rumah tangga maupun nasional. Menurutnya, banyak perempuan yang melakukan kegiatan ekonomi, namun hal itu tidak identik dengan karier di luar rumah.
“Bahkan, masih ada yang di dalam rumah tetap memelihara ekonomi mereka. Mereka ini adalah bagian dari UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) yang banyak sekali di Indonesia,” kata dia, dikutip dari laman Kemenkeu.go.id.
Oleh karena itu, negara selalu berupaya hadir untuk memperkuat dan memberdayakan UMKM yang mayoritas dimiliki oleh perempuan. Pemerintah berperan melalui berbagai instrumen, misalnya berupa bantuan akses modal dan subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Tak hanya itu, bagi pelaku UMKM yang tidak mampu masuk ke dalam sistem perbankan, mereka mendapat keberpihakan melalui instrumen dana bergulir, Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) dan pembiayaan dari PT Pegadaian.
“Itu semuanya adalah lembaga keuangan bukan bank yang syarat untuk pinjamannya jauh lebih berbeda dan tidak serumit di perbankan. Namun, bertujuan untuk bisa menjangkau sampai kepada usaha kecil yang levelnya ultra mikro,” ujar Sri Mulyani.
Mengutip data Kementerian Komunikasi dan Informatika, UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional. Pasalnya, UMKM tercatat berkontribusi 60,51 persen bagi produk domestik bruto (PDB). UMKM menyerap 96,92 persen tenaga kerja, serta menyumbang 15,65 persen ekspor nonmigas.
Dilihat dari jumlah usaha yang ada di Indonesia, 99 persennya didominasi oleh UMKM, yaitu sebesar 64,2 juta pelaku usaha. Dari jumlah ini, sebanyak 37 juta UMKM dikelola oleh kaum hawa. Dengan kata lain, perempuan memiliki peran strategis yang tak dapat dipandang sebelah mata dalam upaya menggerakkan roda perekonomian nasional.
Data dari Google dan Kantar pada 2020 menunjukkan, respons para puan di Indonesia saat ini semakin positif untuk berwirausaha. Jumlah perempuan di Indonesia yang berwirausaha sebanyak 49 persen, sedangkan perempuan yang ingin berwirausaha pada masa yang akan datang sebanyak 45 persen.