Erick Thohir: BUMN Pangan Siap Menyerap Komoditas Petani

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/hp.
Petani mengemas jagung manis ke dalam karung saat panen di area persawahan Desa Bendo, Kediri, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023). Petani di daerah tersebut mengaku lebih untung menanam jagung manis (jagung sayur) karena masa panen lebih cepat dari pada jagung pakan ternak (jagung kering) dan dengan harga jual relatif lebih stabil pada kisaran harga Rp3.200 per kilogram.
Penulis: Riri
8/2/2023, 13.15 WIB

Pemerintah bergerak cepat untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan di Indonesia pada tahun ini. Presiden Joko Widodo telah memanggil pemangku kepentingan terkait pada Senin (6/2) kemarin untuk membahas sejumlah langkah antisipasi krisis pangan di Tanah Air.

Disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir, rapat pembahasan tersebut dihadiri oleh Wamen 1 BUMN Pahala Nugraha Mansury, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, Guru Besar Fakultas Pangan Unila Bustanul Arifin, Rektor IPB Arif Satria, dan Komisaris Utama BUMN RNI Bayu Krisnamurthi.

Dalam rapat tersebut, kata Erick, Presiden meminta BUMN Pangan agar dapat mengambil peran aktif dalam meningkatkan kesejahteraan para petani. Salah satunya adalah menginstruksikan BUMN Pangan untuk menjadi penyerap komoditas bahan pangan sehingga mampu menjaga stok dan kestabilan harga di tahun ini.

“Pak Presiden menginginkan BUMN Pangan hadir sebagai pembeli siaga (off taker) bahan pangan pokok melalui program BUMN maupun program pemerintah. Insya Allah, amanah ini akan kami laksanakan dengan baik,” ujar Erick dikutip dari laman Instagram resminya.

Sebagaimana dilaporkan oleh Reuters, indeks harga pangan dunia secara keseluruhan di 2022 mencapai level 143,7 poin atau naik 14,3% dibandingkan 2021. Angka tersebut menjadi kenaikan tertinggi sejak pencatatan di 1990 menurut data indeks harga pangan Food and Agriculture Organization (FAO).

Erick sempat memaparkan perihal mekanisme pelaksanaan off taker tersebut. Salah satunya melalui dana yang tersimpan di Perhimpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara). Pendanaan tersebut akan digunakan untuk melaksanakan peran BUMN sebagai penyerap bahan pokok dari para petani secara maksimal, baik saat harga naik maupun turun.

Selain pendanaan di Himbara, pemerintah berencana mengalokasikan pendanaan yang bersumber dari APBN yang mana akan dibahas kembali dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Draf peraturan mengenai mekanisme tersebut telah disiapkan.

Erick menegaskan agar BUMN dapat berperan untuk mengintervensi imbas kenaikan harga pangan dunia ke dalam negeri. Pemerintah berupaya menjaga kestabilan harga agar tidak berdampak terhadap daya beli masyarakat dan petani masih mampu untuk memproduksi bahan pangan.

Sebelum ini, ujar Erick, BUMN telah mengambil perannya sebagai off taker untuk beberapa komoditas pangan. Pertama, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) sudah menjadi pembeli siaga untuk produk kelapa sawit. Kedua, PTPN dan Rajawali Nusantara Indonesia (RNI/ID Food) juga menyerap komoditas gula.