PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memperkuat kompetensi sumber daya manusia (SDM) untuk menjawab tantangan transisi energi. Sebab, transisi energi berkaitan dengan banyak aspek. Bukan soal lingkungan hidup, tetapi juga tentang kondisi sosial, ekonomi, politik, dan situasi lainnya termasuk tenaga kerja.
Di sela Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim atau Conference of the Parties (COP) 28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Direktur Legal dan Manajemen Human Capital PLN Yusuf Didi Setiarto membahas pendidikan lanjutan, pelatihan, serta kesempatan magang bagi karyawan PLN.
PLN telah mengirim 300 pegawainya untuk mendapatkan gelar master. Dari mereka, ada yang belajar hingga ke Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Program tugas belajar ini menargetkan 15 persen pegawai PLN berpendidikan magister dan doktoral.
“Gagasan ini memerlukan DNA baru pegawai PLN, yang secara tradisional PLN mempunyai pengetahuan dan kapasitas mengenai pembangkit listrik berbasis fosil. Oleh karena itu, untuk menghadapi transisi energi, direktorat SDM mempersiapkan seluruh SDM untuk menyukseskan transisi energi,” jelasnya sebagaimana dikutip dari siaran pers, Jumat (8/12).
Dalam tiga tahun terakhir, PLN menjalankan transformasi berbasis digital, mulai dari energi primer, pembangkitan, transmisi, distribusi, sistem keuangan, sistem pengadaan, hingga pelayanan pelanggan. Transformasi ini meningkatkan efisiensi perusahaan, termasuk pada aspek SDM.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jisman P. Hutajulu memaparkan, agenda transisi energi sudah tertuang dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
RUKN memuat bahwa hingga tahun 2030, pemerintah akan mendorong peningkatan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) lewat sumber energi domestik. Kendati begitu, masih ada sejumlah tantangan, terutama soal lokasi potensi EBT yang jauh dari lokasi pusat permintaan listrik.
Sehingga, diperlukan infrastruktur transmisi tenaga listrik untuk mengevakuasi energi, dari lokasi potensinya menuju ke pusat beban.
“Oleh karena itu, Indonesia berencana untuk mengembangkan super grid guna meningkatkan konektivitas dan mengoptimalkan potensi EBT di lima pulau utama, yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali,” beber Jisman.