Fakta di ISF 2025, Perempuan Dominasi UMKM tapi Minim Akses Pembiayaan-Pasar

ISF
Shinta W. Kamdani, Wakil Ketua Umum Koordinator Kamar Dagang dan Industri (Kadin), menyampaikan sambutan dalam International Conference on Sustainable Development Goals (SDGs).
13/10/2025, 15.16 WIB

Akses perempuan terhadap rantai pasok--termasuk pasar, pembiayaan, teknologi--masih kecil meski secara jumlah dominan di sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM).

Hal itu terungkap dalam International Conference on Sustainable Development Goals (SDGs), yang merupakan rangkaian Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2025,  di Hotel Le Méridien Jakarta, hari ini. Ajang yang digelar Nuraa Women’s Institute (NWI) itu bertema “Women-Led SMEs in Driving Economic Growth and Sustainable Development.”

Shinta W. Kamdani, Wakil Ketua Umum Koordinator Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sekaligus Co-chair Organizing Committee ISF 2025, menyoroti bahwa 64% UMKM di Indonesia dipimpin oleh perempuan, dua kali lipat dari rata-rata global. Namun, hanya 7% yang terintegrasi ke rantai pasok domestik dan 4,1% ke rantai pasok global.

Ia pun mengungkap perlunya strategi konkret untuk membuka akses pembiayaan, teknologi, dan pasar bagi wirausaha perempuan.

“Jika setiap pelaku usaha perempuan mendapat akses terhadap pembiayaan, teknologi, dan pasar global, maka Indonesia bukan hanya akan tumbuh, tetapi akan tumbuh dengan berkeadilan dan berkelanjutan,” ujar Shinta, dalam pidato sambutannya.

Konferensi ini sendiri menghadirkan peserta mancanegara yang terdiri dari pelaku usaha perempuan, pembuat kebijakan, akademisi, dan organisasi internasional, untuk membahas peran UMKM yang dipimpin perempuan dalam memperkuat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Acara tersebut dibuka oleh Dr. Nurhayati Ali Assegaf, Presiden Nuraa Women’s Institute sekaligus Conference Chair. Dia menegaskan pentingnya peran perempuan sebagai agen perubahan dalam menghadapi tantangan global, mulai dari krisis iklim hingga ketimpangan sosial.

Konferensi ini juga menghadirkan berbagai panel diskusi dengan pembicara dari dalam dan luar negeri, termasuk Prof. Firat Purtas dari Ankara Haci Bayram Veli University (Turki), Friderica Widyasari Dewi dari OJK, Eka Fitria dari Bank Mandiri, dan Easter Achieng Okech dari Kenya Female Advisory Organization (KEFEADO).

Melalui berbagai sesi tematik — mulai dari akses pembiayaan, inovasi dan teknologi, hingga kebijakan pendukung — konferensi ini menegaskan pentingnya kemitraan global untuk mempercepat pencapaian SDGs dengan menempatkan perempuan sebagai penggerak utama ekonomi berkelanjutan.

Sebagai penutup, Nurhayati menyampaikan bahwa hasil dari konferensi ini akan dirumuskan menjadi rekomendasi kebijakan dan peta jalan kolaboratif yang akan disampaikan kepada pemerintah dan mitra internasional guna memperkuat ekosistem women-led SMEs di Indonesia dan kawasan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.