PepsiCo, perusahaan makanan dan minuman ringan memutuskan untuk menghentikan produksinya di Indonesia sejak 10 Oktober lalu. Penghentian ini seiring berakhirnya masa kontrak produksi, penjualan, dan distribusi dengan PT Anugerah Indofood Barokah Makmur dan tidak lagi diperpanjang.  

(Baca: Nilai Minus Iklim Investasi Indonesia di Mata Bank Dunia)

Perusahaan asal Amerika Serikat itu bukanlah satu-satunya perusahaan multinasional yang tinggalkan Indonesia. Sebelumnya, PT Nissan Motor Indonesia juga mengonfirmasi pemutusan hubungan kerja (PHK) 12.500 karyawannya secara global. Indonesia pun terdampak dengan penutupan satu pabrik dengan PHK 830 karyawan.

(Baca: Vietnam Rebut Mayoritas Investasi yang Relokasi dari Tiongkok)

Pada 2015 dan 2016, Indonesia juga kehilangan beberapa investasi perusahaan multinasional. Ford, perusahaan otomotif itu menutup 44 dealer­-nya dan berdampak pada 35 karyawannya. Panasonic dan Toshiba, perusahaan elektronik asal Jepang juga menutup pabrik-pabriknya di Indonesia. Sehingga PHK pun mencapai ratusan karyawan. Perusahaan otomotif lain, General Motors pada 2015 juga menutup satu pabriknya dan memangkas 500 karyawannya.

(Baca: Perbandingan Iklim Investasi Indonesia dan Vietnam)

(Baca: Korupsi Penghambat Utama Investasi di Indonesia)

Hengkangnya beberapa perusahaan multinasional dari Indonesia disebabkan beberapa faktor. Ketidakstabilan politik dalam negeri maupun global yang berakhir pada krisis global. Biaya produksi meningkat dan kalah persaingan, sehingga perlu dilakukan efisiensi faslitas produksi dan karyawan. Selain itu, kontrak kerja komersial yang berakhir pun juga membuat mereka melepaskan Indonesia.