KATADATA - Meski terbentur rendahnya harga minyak dunia, pemerintah terus mendorong penyerapan biodiesel. Tahun ini, dengan program B20, target penyerapan bahan bakar berbasis minyak kelapa sawit itu diharapkan mencapai 3,6 juta kiloliter. Dengan target tersebut, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) memperkirakan realisasi sebesar 60 persen.
Merosotnya harga minyak dunia memang menjadi problem program biodiesel. Harga solar impor menjadi lebih murah dibandingkan bahan bakar serupa yang sudah dicampur minyak sawit. BPDP memproyeksikan selisih selisih harga per liter tahun ini sekitar Rp 3000. Selisih inilah yang akan disubsidi oleh pemerintah agar program biodiesel bisa berjalan.
BPDP menyatakan, subsidi akan diberikan karena program ini sangat penting untuk ketahanan energi nasional. Dana subsidi berasal dari dana pungutan kelapa sawit (CPO fund). Untuk tahun ini, dana yang dimiliki BPDP cukup untuk membiayai selisih harga hingga sepuluh bulan ke depan, dengan skenario terburuk harga minyak dunia merosot hingga US$ 20 per barel.
Direktur Utama BPDB Kelapa Sawit Bayu Krisnamurthi menyatakan penurunan harga minyak tidak akan berlangsung selamanya. Oleh sebab itu ia optimistis program biodiesel akan terus berjalan. Selain untuk ketahanan energi, program penyerapan biodiesel yang merupakan bagian dari program hilirisasi sawit ini juga menjamin kelangsungan industri perkebunan itu.