KATADATA - Laporan keuangan 2015 yang dipublikasikan sejumlah perusahaan migas menggambarkan sulitnya bisnis di sektor energi dalam kurun setahun terakhir. Dengan harga minyak yang anjlok hingga 74 persen, perusahaan sulit mendapat keuntungan tinggi.
Padahal perusahaan sudah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan kinerja keuanganya. Upaya-upaya tersebut diantaranya pemotongan anggaran dan pengurangan kegiatan eksplorasi, terutama eksplorasi di laut dalam (deep water).
Pengurangan kegiatan tersebut berdampak terhadap menurunnya pendapatan bisnis sektor hulu (upstream). Pendapatan upstream Royal Dutch Shell bahkan menurun hingga 136 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar US$ 15,8 miliar. Namun, Shell masih mampu membukukan laba bersih US$ 1,9 miliar. Jumlah tersebut jauh lebih baik dibanding kondisi British Petroleum yang merugi US$ 6,5 miliar. BP bahkan mengalami kerugian 271 persen.
Berdasar index Bloomberg, kinerja laba sektor energi secara tahunan turun 67 persen. Pengurangan laba bersih yang rata-rata dialami perusahaan migas telah menyebabkan kinerja laba sektor energi paling buruk dibandingkan sektor lainnya.